Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemarau, Parsilan Berjalan 3 Km Ambil Air untuk Minum Ternak

Kompas.com - 13/07/2017, 13:38 WIB
Markus Yuwono

Penulis

YOGYAKARTA,KOMPAS.com - Musim kemarau tiba, sebagian warga Gunungkidul harus berjuang mencukupi kebutuhan air sehari-hari dengan memanfaatkan sisa air telaga yang ada. Bahkan mereka harus berjalan 1,5 km hingga 3 km untuk mendapatkan air bersih.

Seperti di Desa Karangawen, Kecamatan Girisubo. Warga berburu air untuk kebutuhan minum ternak di Telaga Karang Wetan, yang airnya hanya tinggal separuhnya tersebut. 

Untuk sampai di telaga, warga harus berjalan 1-3 Km, tergantung jalur yang diambil. Mereka membawa jerigen berkapasitas sekitar 25 liter air dan memikulnya ke rumah atau kandang ternak yang terletak di kawasan perbukitan. 

Tak ada wajah lelah saat mereka memikul dua jerigen. Bahkan mereka kerap bertegur sapa dengan warga lainnya.

(Baca juga: Kekeringan di Bima Meluas)

 

"Setiap hari minimal 4 kali bolak-balik (memikul), ke kandang dan ke rumah. Untuk minum dan kebutuhan lainnya kami membeli dari tangki seharga Rp 150.000, yang bisa digunakan seminggu sampai dua minggu jika pemakaiannya berhemat," kata salah seorang warga, Parsilan (53) Rabu (12/7/2017) petang.

Parsilan mengaku, meski harus bolak-balik mengambil air untuk ternaknya, tak pernah terlintas dalam pikirannya untuk menjual hewan ternaknya. Sebab, bagi warga di pelosok Gunungkidul, ternak merupakan aset yang berharga.

Karenanya, kelangsungan hidup ternak sangat diperhatikan oleh masing-masing pemilik. Namun mereka tak memikirkan kandungan bakteri coli yang ada dalam air telaga yang keruh.

"Untuk pakan ternak masih memanfaatkan daun yang tersisa, seperti daun akasia dan ketela, jika sudah habis ya beli hijauan pakan ternak," ucapnya.

(Baca juga: Kemarau, Warga Gunungkidul Menjual Perhiasan untuk Membeli Air)

Hal sama diutarakan Wasidi, warga lainnya. Mereka memilih telaga untuk mandi dan mencuci agar air yang dibeli dari tangki swasta hemat. "Untuk kebutuhan sehari-hari mandi lebih baik ke telaga, jika dari tangki untuk minum," ucapnya. 

Kepala Desa Karangawen, Roji Suyanta mengatakan, selain untuk memenuhi kebutuhan minum ternak, air telaga juga digunakan warga untuk mencuci dan mandi. 

Meski air telaga kotor dan mengganggu kesehatan kulit, warga tidak menghiraukannya. Sebab air telaga bisa menghemat air konsumsi yang harus beli Rp 150.000 pertangki dengan ukuran 5.000 liter.

"Meski belum puncak musim kemarau, kondisi wilayah kami sudah memprihatinkan. Air telaga kondisinya ya seperti ini, sudah keruh dan tinggal separuh," katanya.

Kemungkinan air telaga akan terus menyusut seiring kemarau yang terus terjadi. Hal ini diperparah dengan tak ada sumber mata air di lokasi tersebut.

(Baca juga: Kemarau, 45.230 Warga Gunungkidul Mulai Kesulitan Air Bersih)

 

Selain itu, pipa air bersih yang dipasang pemerintah sejak beberapa tahun lalu, sampai sekarang tak ada kejelasan kapan akan dialiri air. "Pipa PDAM sudah lama ada tetapi sampai hari ini belum pernah keluar air. pipa itu dipasang begitu saja," sesalnya. 

Direktur Utama PDAM Isnawan Febrianto mengatakan, pengaliran air di pipa belum dilakukan karena jauh dari sumber air terdekat, yakni di Bribin.

"Untuk mengaliri kesana harus ada pompa satu lagi, itu menjadi kendala mengalirkan air ke rumah warga. Memang instalasi sudah terpasang," pungkasnya.

Kompas TV Musim Kemarau Sebabkan Kawanan Monyet Turun Gunung
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com