SEMARANG, KOMPAS.com - Imam Besar di Islamic Center of New York Amerika Serikat Muhammad Syamsi Ali mengaku bersyukur bisa datang ke Kota Semarang. Semarang merupakan salah satu kota di Indonesia yang terkenal dengan toleransinya.
Pengusung Islam toleran di tingkat global itu mengaku, pertama kali menginjakkan kaki di Semarang, ia merasakan warna toleran kota Lumpia ini. Menurut Syamsi Ali, Islam toleran dihayati melalui ketakwaan individu dan ketakwaan kolektif.
Ketakwaan kolektif berbasis ketakwaan individu harus membuahkan keadilan, kemanusiaan, kesejahteraan, dan kebenaran.
"Kita harus lebih banyak membangun jembatan bukan tembok dalam perjumpaan dengan siapa saja. Dunia global begitu kecil tanpa batas, inilah rumah kita bersama," kata Ali dalam acara Halal Bihalal Keluarga Besar Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT), Selasa (11/7/2017).
(Baca juga: Saat Budayawan Lintas Iman Meriahkan Imamat Seorang Pastor Katolik)
"Jangan biarkan dirusak oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab. Ayo kita bangun bersama rumah kita bersama ini," tandasnya.
Ia juga banyak berkisah tentang pengalamannya mendakwahkan Islam toleran melalui berbagai partnership. Itu dilakukan dengan siapa saja bahkan termasuk dengan sejumlah tokoh Yahudi di New York.
"Saat pertama kali berjumpa dengannya justru membuang muka. Namun sesudahnya justru mengajak makan berdua dan membangun kerja sama," tuntasnya.
Menurut Imam Besar Masjid New York ini, Islam toleran dihayati melalui ketakwaan individu dan ketakwaan kolektif. Ketakwaan kolektif berbasis ketakwaan individu harus membuahkan keadilan, kemanusiaan, kesejahteraan, dan kebenaran.
"Dunia global begitu kecil tanpa batas. Inilah rumah kita bersama, jangan biarkan dirusak oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab. Ayo kita bangun bersama rumah kita bersama ini," pungkas Muhammad Syamsi Ali.
Islam Nusantara
Halal bihalal yang bertema "Meneguhkan Ukhuwah untuk Meningkatkan Pengabdian" itu diawali dengan pembacaan ayat suci Al Quran, menyanyikan Lagu Indonesia Raya dan sambutan Ketua Dewan MAJT, Dr KH Noor Achmad dan sambutan Gubernur Jateng.
Dalam sambutannya, Noor Achmad menerangkan bahwa MAJT berskala internasional. Ada kerja sama yang dikembangkan MAJT dengan Cina dan AS.
"MAJT mengembangkan Islam Nusantara membawa Islam rahmatan lil alamin. Merangkul semua tanpa pandang bulu. MAJT mengecam pengembangan Islam radikal," tegas Noor Achmad yang juga Wakil Ketua Komisi VIII DPR-RI itu.
Noor Achmad bersyukur bahwa setiap Hari Raya Idul Fitri, ia dan pengurus MAJT menerima dan menyambut baik Gereja Katolik Keuskupan Agung Semarang. Bagi Noor Achmad itu contoh nyata bahwa MAJT berkomitmen mengusung perdamaian.
(Baca juga: Pesantren Ini Kerap Jadi Tempat Belajar Islam Toleran Pelajar Asing)
"Pada hari Idul Fitri yang lalu bahkan Uskup hadir bersama Romo Budi dan khutbah Idul Fitri saya langsung saya serahkan Uskup agar bisa disampaikan kepada Paus," jelas Noor Achmad.