Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rumahnya Hancur karena Bencana, Satu Keluarga Hidup Menderita di Tenda

Kompas.com - 11/07/2017, 15:36 WIB
Ari Widodo

Penulis

DEMAK, KOMPAS.com - Raihan Andi Putra Pratama (2), Bayu Samudera (5), serta Dina Ariyanti (13) bersama orangtua mereka, Andi Sujianto (31) dan Supriati (30), hampir satu bulan ini menempati tenda darurat.

Mereka kehilangan rumah akibat diterjang angin puting beliung pada 14 Juni 2017 silam.

Rumah kayu di Desa Doreng, RT 01 RW 03, Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Demak, Jateng, ini roboh akibat disapu angin puting beliung.

Baca juga: Puluhan Rumah di Singkawang Rusak Dihantam Puting Beliung

Bencana itu terjadi pada Bulan Ramadhan. Saat kejadian, sang kepala rumah tangga, Andi Sujianto sedang berada di perantauan.

"Sudah dua bulan suami tidak pulang. Sebulan kirim uang ke rumah Rp. 800.000 saja," keluh Supriati kepada Kompas.com, Selasa (11/7/2017).

Biaya hidup yang makin naik membuat Suprihati harus ikut membanting tulang. Ia juga bekerja sebagai buruh serabutan. Jika ada tetangga yang membutuhkan tenaganya dengan upah Rp 35.000 sehari, maka dengan senang hati dia akan menerimanya.

Ibu muda bersama ketiga anaknya ini harus hidup dengan fasilitas yang serba minim dalam tenda plastik berukuran 3 x 5 meter. Tenda itu mereka dirikan di atas tanah orang lain sebagai tempat berteduh selama satu bulan terakhir ini.

"Mau bangun rumah tidak punya biaya. Ya, terpaksa tidur di tenda," katanya pasrah.

Di tenda plastik yang berlubang di sana sini, Suprihati tinggal dengan anak-anaknya. Tempat untuk tidur berdempetan dengan lemari pakaian, peralatan dapur maupun perlengkapan rumah tangga seadanya.

Jika malam tiba dan cuaca tidak bersahabat, kondisi keluarga ini makin terlihat mengenaskan. Tak ada fasilitas air bersih maupun listrik. Keperluan MCK mengandalkan air sungai yang tak jauh dari tenda mereka.

"Tidak ada air pam. Masak dan minum ya dari air sungai itu. Airnya diendapkan, nanti baru buat minum dan masak," ujarnya.

Selain minim air bersih, ia  dan ketiga anaknya pun harus tidur di tenda beralasakan tanah. Jika hujan turun, air pun masuk ke tenda. Malam hari dingin dan siang hari panas membuat anaknya sering sakit-sakitan.

"Sudah tiga hari ini anak-anak flu dan batuk," ujar Supriati.

Untuk penerangan belajar, Dina, si anak sulung menyalakan lilin. Tapi gadis manis ini tetap ikhlas menerima nasibnya.

"Ndak nuntut apa apa, pasrah aja," kata siswi kelas VIII MTs ini.

"Tidur di tenda gak enak. Kalau siang panas. Kalau hujan airnya masuk ke dalam tenda. Malam hari dingin. Kalau kedinginan sikepan (mendekap) sama adik dan ibu," ucap Dina lemah.

Baca juga: Puting Beliung Rusak 192 Rumah di Malang

Penderitaan keluarga Supriati bertambah karena tenda yang ditempatinya berdiri di atas tanah orang lain. Jika diusir, ia bingung harus pindah ke mana.

"Ini juga tanah orang. Mau pindah ke mana juga bingung. Nanti kalau diusir sama yang punya tanah, tidak tahu harus ke mana," keluhnya.

Kompas TV Belasan Rumah Rusak Diterjang Puting Beliung
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com