Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/07/2017, 12:54 WIB
Sukoco

Penulis

NUNUKAN, KOMPAS.com – Anggita, seorang siswa SMP di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, telepon kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaaan Muhadjir Effendy mengeluhkan karut marut sistem penerimaan peserta didik baru (PPDB) tahun 2017 di wilayah perbatasan.

Kepada Muhadjir, Anggita mengadukan permaslasahnnay yang tidak diterima di SMA Negeri 1 Nunukan karena namanya tidak tercantum dalam Kartu Keluarga milik ibunya.

”KK saya masih di Kota Bandung, masih Indonesia juga kan, Pak? Kenapa dibedakan? Jadi yang diterima yang hanya berdomisili di sini lebih dari 6 bulan. Tapi saya punya surat keterangan karena saya sudah tinggal di sini hampir 2 tahun,” ujarnya menirukan curhatannya kepada Muhadjir, Rabu (5/7/2017).

Mustika, orangtua Anggi, juga kecewa dengan PPDB tahun 2017 di Kabupaten Nunukan. Padahal dari sisi nilai NEM yang dimiliki anaknya mencapai 29,5. Sementara, nilai NEM terendah yang diterima di SMAN 1 Nunukan hanya 23,9.

Terkait nama anaknya tidak tercantum dalam kartu KK karena proses pengurusan perubahan KK yang rumit di Nunukan.

“Kelas II anak saya pindah ke sini karena hak asuh anak jatuh kepada saya setelah proses perceraian dengan suami. Nama anak saya masih tercantum di KK ayahnya di Bandung,” ujarnya.

(Baca juga: Heboh SKTM Palsu untuk Daftar PPDB "Online" di Jawa Tengah)

Puluhan orangtua siswa SMP yang tidak diterima di sejumlah SMA Negeri di Nunukan, Rabu siang, juga menggelar demo di Tugu Dwikora. Mereka menuntut penyelesaian polemik PPDB tahun 2017.

Tidak adanya sosialisasi terkait sistem zonasi membuat hampir 200 siswa lulusan SMP di Nunukan tidak diterima di SMA Negeri Nunukan.

Koordinator aksi demo yang juga Ketua LSM Pancasila Jiwaku, Mansyur Rincing, mengatakan, orangtua di Nunukan enggan mendaftarkan anak mereka ke sekolah swasta di Nunukan karena minimnya infrastruktur serta minimnya ketersediaan tenaga guru, ruang laboratorium dan perpustakaan.

“Kalau guru SD disuruh ngajar anak SMA karena minimnya guru, apa jadinya? Kami tidak keberatan anak kami sekolah di sekolah swasta asal pemerintah memberikan fasilitas sekolah swasta seperti di negeri, ada lab komputer, ada perpustakaan, gurunya mencukupi. Anak perbatasan juga mau pandai,” ujarnya.

Muhadjir, lanjut Mansyur, ketika dihubungi melalui telepon genggam, mengaku akan menghubungi Dinas Pendidikan Provinsi dan Dinas Pendidikan Kabupaten setempat, untuk menyelesaikan segera karut marut PPDB tahun 2017.

Mansyur mengatkan, pihaknya akan melanjutkan aksi dengan menyegel sekolah jika karut marut PPDB ini tidak segera diselesaikan oleh Dinas Pendidikan.

 

Kompas TV SMA Taruna Nusantara Perketat Pengamanan Sekolah
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.



Terkini Lainnya

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di 'Rumah' yang Sama...

Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di "Rumah" yang Sama...

Regional
Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com