Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Mereka yang Baru Bisa Mudik Meski Lebaran Sudah Lewat...

Kompas.com - 29/06/2017, 14:09 WIB
Kontributor Pangkalan Bun, Nugroho Budi Baskoro

Penulis

PANGKALAN BUN, KOMPAS.com - Lebaran telah berlalu. Saatnya arus balik.

Namun di Pelabuhan Kumai, di Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, Kamis (29/6/2017) siang, banyak orang yang justru baru akan mudik ke Pulau Jawa. Dalon penumpang KM Sirimau yang dijadwalkan bertolak ke Surabaya terus berdatangan.

"Sampai saat ini, jumlah calon penumpang yang telah membeli tiket sudah 1.087 orang," kata Kepala Operasional PT Pelni Cabang Pangkalan Bun pada Kompas.com di Pelabuhan Kumai, Kamis (29/6/2017) siang.

Meski tidak menyamai jumlah penumpang hingga batas maksimal sesuai aturan, 1.600 orang, angka tersebut jauh melampaui rata-rata penumpang kapal di hari normal. Pada hari biasa, kapal terisi 300 penumpang sudah bagus. Bahkan, untuk jenis kapal roro, sering kali terisi kurang dari 100 penumpang.

Ternyata ada beragam alasan kenapa pemudik memilih jadwal setelah Hari Lebaran. Ada yang memang tak kebagian tiket sebelum lebaran, ada yang memang memilih untuk kenyamanan, dan ada pula yang mengaku masih mengumpulkan bekal mudik.

Ahmad (35), misalnya, mengaku ingin mudik sebelum Lebaran, namun tak memperoleh tiket.

"Hari kedelapan belas puasa, saya mencari tiket dan sudah tak kebagian," kata lelaki asal Trenggalek, Jawa Timur ini.

(Baca juga: Mudik ke Gunungkidul, Jangan Lupa Beli Tiwul dan Belalang Goreng)

Berdasarkan catatan Kompas.com, tiket mudik untuk keberangkatan H-15 hingga H-1 masih tersedia lebih dari 3.000 tiket di sepuluh hari pertama Ramadan. Namun, pria yang sehari-harinya tinggal di Karta Mulia, Kabupaten Sukamara, 80-an kilometer dari Pelabuhan Kumai, ini mengaku tak mengetahui kalau tiket bisa dibeli secara online, dan lebih awal.

Memang kebanyakan orang yang tak kebagian tiket adalah mereka yang mencari tiket secara go show atau menjelang jadwal keberangkatan. Lain lagi dengan Trisno, buruh tambang di kawasan Arut Utara, Kabupaten Kotawaringin Barat. Pria paruh baya asal Semarang ini mengaku memang sengaja memilih waktu mudik setelah Lebaran.

"Nunggu sepinya saja, Mas," ucap dia.

Bagi pensiunan pekerja di PT Jasa Marga ini, kenyamanan sangat penting. Mudik sebelum Lebaran memang melelahkan, repot mencari tiket, dan harus berdesak-desakan. Sementara, jarak dari tempat tinggalnya ke pelabuhan juga jauh, sekitar 100 kilometer.

"Saya ke sini saja harus naik ojek tiga jam. Ongkosnya Rp 250.000. Dapat satu tiket kapal sampai ke Jawa," ungkap dia sambil tertawa.

Sementara Dewi (50) mengaku memilih mudik setelah Lebaran karena masih harus mengumpulkan bekal uang untuk mudik.

"Gimana mau cepat mudik, kalau bekal untuk oleh-olehnya belum terkumpul," ungkap pedagang sayur ini.

(Baca juga: Mereka yang Tidak Libur Idul Fitri demi Memelihara Jakarta...)

Dewi tinggal di Natai Kerbau, Kecamatan Pangkalan Banteng, Kabupaten Kotawaringin Barat, sekitar 70 kilometer dari Pelabuhan Kumai.

Halaman:
Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com