Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Yang Penting Terangkut Sampai ke Kampung Halaman"

Kompas.com - 23/06/2017, 17:32 WIB
Kontributor Pangkalan Bun, Nugroho Budi Baskoro

Penulis

PANGKALAN BUN, KOMPAS.com - Hari belum terang, tetapi ratusan orang sudah tiba di pelabuhan kapal penyeberangan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah.

Banyak dari mereka terlihat lusuh dengan wajah masih menahan kantuk saat turun dari mobil yang berdebu dan bekas lumpur yang mengering.

Saat matahari mulai tampak di seberang teluk, jumlah orang yang datang makin banyak. Merekalah para calon penumpang kapal yang hendak menyeberang ke Kendal, Jawa Tengah, dari pelabuhan penyeberangan kapal angkutan sungai danau dan penyeberangan (ASDP) itu.

Mereka hendak mudik menggunakan jasa KMP Kalibodri, Jumat (23/6/2017), yang akhirnya bertolak lepas pukul 10.00 WIB.

Suwanto (50) dan rombongannya yang berjumlah empat orang, salah satunya dari ratusan penumpang yang datang dari Tumbang Talaken, Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah.

Dari tempatnya merantau itu, dia harus menempuh perjalanan darat lebih dari 600 kilometer dengan waktu hampir 15 jam.

Jalan raya sepanjang 400-an kilometer dari Palangkaraya ke Pangkalan Bun relatif mulus. Namun tidak demikian dari Tumbang Talaken ke ibu kota Kalimantan Tengah itu.

Jalan penuh lubang dan berdebu kembali harus mereka rasakan kurang dari 10 kilometer ke pelabuhan. Memang banyak penumpang yang akan berlayar H-2 Lebaran ini berasal dari daerah yang jauh dari Pelabuhan Kumai.

Nurwanti (40), misalnya, datang dari Sebabi, Kabupaten Kotawaringin Timur, yang mestinya lebih dekat ke Pelabuhan Sampit.

"Sudah enggak kebagian tiket lewat Sampit," ujar pekerja di perkebunan sawit ini juga.

(Baca juga: Pemudik, Waspadai Debu di Tol Darurat Brebes-Gringsing)

Selain dari berbagai pelosok Kalimantan Tengah, penumpang yang melalui Pelabuhan Kumai juga berasal dari Kalimantan Barat, terutama Kabupaten Ketapang, yang berbatasan dengan Kalimantan Tengah.

Harga tiket pun bervariasi. Ada yang memperoleh murah, namun ada juga yang mahal. Ngatenem (45) mengaku harus membayar Rp 400.000 untuk harga resmi sebuah tiket Rp 111.000. Mereka kebanyakan memperoleh tiket dari agen Sementara Suwanto mengaku merogoh kocek Rp 1 juta untuk perjalanannya.

"Itu sudah termasuk tiket jalan darat sampai rumah," kata pekerja perkebunan kelapa sawit asal Banjarnegara, Jawa Tengah, ini.

Kalibodri, kapal yang mereka tumpangi, terlihat lebih kecil dibanding kapal yang umumnya melayani rute Pelabuhan Kumai ke Semarang atau Surabaya.

Kalibodri lebih tampak sebagai kebanyakan kapal penyeberangan selat. Bobot kapal yang harus menempuh perjalanan antara 22 jam-25 jam menyeberangi Laut Jawa itu hanya 2.100 gross ton. Ini berbeda jauh dengan kapal sejenis roro (roll on roll off) sejenis milik Pelni yang bobotnya 4.100 gross ton.

Halaman:
Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com