Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tumbuhkan Kembali Budaya Tegur Sapa Melalui Gerakan #Sapaaruh

Kompas.com - 21/06/2017, 20:11 WIB
Markus Yuwono

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Budaya "sapa aruh" atau bertegur sapa jamak dilakukan masyarakat perdesaan beberapa waktu lalu, baik kepada warga yang sudah saling mengenal maupun baru dikenal.

Namun seiring perkembangan zaman, budaya menyapa ini mulai luntur. Orang lebih fokus pada kegiatan masing-masing tanpa mempedulikan lagi lingkungan sekitar. 

Baca juga: Warga Lintas Iman Gelar Tirakat Pancasila

Melihat fenomena tersebut, Forum Lintas Iman (FLI) Gunungkidul, Yogyakarta, mengajak kembali masyarakat mengenal lingkungan melalui gerakan "sapa aruh" Indonesia.

Harapannya, dengan gerakan ini bisa mempererat persaudaraan antar-warga tanpa membedakan status sosial, agama, dan suku. 

Kegiatan "sapo aruh" yang berpusat di Alun-alun Pemda Gunungkidul, Rabu (21/6/2017) petang, diawali dengan membagikan takjil kepada pengendara yang melintas di depan Kantor Pemda Gunungkidul oleh masyarakat dan pemuka agama lintas iman. 

Acara dilanjutkan dengan orasi persatuan dari pemuka agama dan budayawan hingga Wakil Bupati Gunungkidul Immawan Wahyudi. Selanjutnya, acara ditutup dengan doa bersama oleh pemuka agama dan aliran kepercayaan, serta deklarasi dan penandatanganan deklarasi #SapaaruhIndonesia.

Isi deklarasi Gerakan #Sapaaruh Indonesia tersebut adalah, "Kami Forum Lintas iman beserta elemen Masyarakat Gunungkidul dan Daerah Istimewa Yogyakarta, mengajak seluruh bangsa Indonesia di manapun Anda berada, untuk menjadi bagian dari gerakan #Sapaaruh atau tegur sapa sebagai salah satu pengamalan nilai-nilai Pancasila dan budaya Indonesia, demi Tuhan Yang Maha Esa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia".

Usai deklarasi dan penandatanganan deklarasi #Sapaaruh Indonesia, acara dilanjutkan dengan buka puasa bersama. Ratusan warga dari berbagai latar belakang agama berbaur menikmati menu buka puasa yang disajikan panitia.  

Koordinator aksi, Aminudin Aziz menjelaskan, gerakan ini merupakan bentuk keprihatinan atas semakin menipisnya kepedulian lingkungan sekitar oleh generasi muda.

"Saat ini terutama generasi muda sudah mulai tidak bertegur sapa. Padahal, hal ini efeknya besar sekali, kita tidak lagi mengenal siapa tetangga, siapa saudara," katanya, Rabu (21/6/2017).

Menurut dia, hal ini terjadi karena banyak faktor, mulai dari institusi pendidikan yang tak lagi peduli dengan pendidikan moral, hingga kemajuan teknologi. 

Padahal, budaya bertegur sapa adalah sesuatu yang ringan dan mudah dilakukan. Untuk itu, mulai hari ini, ajakan bertegur sapa kembali digulirkan di lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah hingga instansi pemerintah.

"Kami mengajak instansi pemerintah hingga sekolah untuk mulai hari ini biasa menanyakan kabar dengan sesama," ujarnya.  

Sementara itu, Wakil Bupati Gunungkidul Immawan Wahyudi menyambut postif kegiatan ini. Sapa aruh secara luas dimaknai sebagai guyub rukun antarwarga tanpa memandang apapun latar belakangnya.

"Acara ini positif. Kata guyub, rukun, berarti rasa kemauan untuk bersatu, bersama, dan menimbulkan dampak postif bekelanjutan ke depan, dan itu adalah kekuatan. Guyub rukun itu mendalam, toto lahir toto bathin," katanya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com