Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Pola Belajar Izzan, Bocah 14 Tahun yang Masuk ITB Lewat SBMPTN

Kompas.com - 16/06/2017, 03:20 WIB
Putra Prima Perdana

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com - Musa Izzanardi Wijanarko, bocah usia 14 tahun yang tenar lantaran diterima masuk Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Institut Teknologi Bandung (ITB), ternyata memiliki pola belajar yang tidak lazim. 

Menurut ibunya, Yanti Herawati (46), sejak kecil Izzan lebih banyak bermain. Dia hanya mau belajar ilmu kegemarannya yakni matematika dan fisika. Itupun saat mood-nya timbul. 

"Izzan cuma belajar kalau lagi mood, tidak ada jam pasti. Kadang jam 02.00 WIB malam. Kalau lagi mau belajar dia bangun," ujar Yanti saat dihubungi Kompas.com melalui ponselnya, Kamis (13/6/2017).

(Baca juga: Lulus SBMPTN Masuk ITB Umur 14 Tahun, Izzan Tak Pernah Sekolah Formal)

Bahkan sejak 2011, anaknya lebih sering belajar dan mengasah kemampuan matematika dan fisika sendiri. Sebab, kemampuan Izzan dalam dua ilmu tersebut sudah tidak mampu lagi diimbangi oleh Yanti.

Banyak pertanyaan Izzan seputar matematika dan fisika yang baru didengar olehnya. 

"Sejak 2011 tidak banyak belajar, malah lebih banyak main. Kalau belajar sekadarnya saja. Jadi pas SBMPTN dikebut 2 bulan. Saya suruh baca sendiri, saya beliin buku-buku saja," aku Yanti. 

Salah satu alasan Yanti nekat mendorong anaknya ikut SBMPTN adalah agar rasa ingin tahu anaknya yang besar tentang matematika dan ilmu pengetahuan alam bisa terjawab oleh para ahli di bidangnya.

(Baca juga:  Izzan, Bocah 14 Tahun yang Lulus Masuk MIPA ITB Lewat SBMPTN)

 

Sebab, pada usia 8 tahun, pertanyaan Izzan sudah menjurus kepada ilmu astronomi yang baru diberikan tingkat ketiga perguruan tinggi. 

"Saya juga merasa terbebani. Kenapa saya jadi harus belajar matematika kuliah tingkat 3. Ya, akhirnya saya diemin aja. Saya juga enggak mampu bayar orang untuk ngajarin Izzan," ucapnya.

Pola pikir Izzan dalam dunia matematika dan fisika, lanjut Yanti, terbilang abstrak menurut beberapa ahli matematika yang didatanginya. "Izzan memandang kalau titik itu bukan benda dimensi satu dan garis bukan dimensi dua," tandasnya. 

Kompas TV Ternyata melatih kemampuan otak tengah bisa membuat seseorang menjadi jenius. Mengapa? Karena otak tengah yang merupakan bagian terkecil dari otak ini berfungsi sebagai stasiun relai bagi indera pendengaran dan penglihatan. Nah, ada seorang anak usianya baru 12 tahun, tetapi memiliki kemampuan otak tengah yang sangat terasah. Namanya Ryan Khemacaro. Di studio pun, Ryan dicoba untuk membuktikannya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com