Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asep Nandang, Penebar Cahaya Dalam Kegelapan

Kompas.com - 31/05/2017, 18:15 WIB
Dendi Ramdhani

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com - Lantunan ayat suci Al Quran terdengar memecah bising deru mesin kendaraan di Jalan Pajajaran, Kota Bandung.

Sumber suara berasal dari ratusan tunantera yang tengah belajar membaca Alquran braile di Masjid Ibnu Ummi Maktum milik PSBN Wyataguna Bandung.

Di bulan Ramadhan yayasan Wyataguna memang selalu membuat agenda rutin bertema keagamaan. Namun ada yang berbeda untuk tahun ini. Pihak yayasan membuka kelas khusus membaca Al Quran braile yang terbuka untuk umum.

Asep Nandang (36) adalah satu dari sekitar 10 pengajar Al Quran braile di Wyataguna. Asep kebagian mengajar 14 murid. Di pojok masjid, tangannya meraba tulisan Al Quran dalam kertas putih dengan bercak timbul merangkai huruf demi huruf.

Ucapannya fasih menyebut huruf hijaiah (abjad Arab) yang diikuti murid lainnya. Asep tampak tekun dan sabar mengajari murid-muridnya yang usianya sudah dewasa.

Tahun ini menjadi tahun ke-10 dirinya mengajar Al Quran di Wyataguna. Pada bulan Ramadhan ia punya tugas tambahan yakni mengajar murid non-siswa Wyataguna untuk belajar Al Quran.

"Jadwalnya selama Ramadhan dari bakda zuhur sampai pukul 14.00 WIB. Ya ini bisa dibilang ekstrakulikuler karena kan di luar jam pelajaran," ucap Asep saat ditemui Kompas.com, Rabu (31/5/2017) sore.

Ayah dua anak itu menuturkan, secara konsep membaca Al Quran braile sama dengan membaca buku braile. Bahkan, kitab Al Quran yang semestinya ditulis dari kanan ke kiri, pada Al Quran braile diubah menjadi kiri ke kanan. Meski begitu, ia mengatakan masih banyak tunanetra yang kesulitan membaca Al Quran braile.

"Ada beberapa kesulitan bergantung latar belakang tunatera. Kalau yang buta dari lahir sulit mengenal konsep braile. Kalau yang mantan orang awas kesulitannya dirabaan, konsep bisa, rumus gampang, tapi pas suruh baca tidak mudah. Secara konsep sama dari kiri ke kanan, hanya huruf saja yang beda," ujar suami dari Nani Mutmainah itu.

Asep mengakui, semangat para tunanetra dalam belajar Al Quran cukup tinggi. Ia pun kerap menanamkan pemahaman jika Al Quran itu adalah bacaan yang asyik serta sebagai media untuk menyalurkan kesepian.

"Al Quran ini bacaan asyik, definisinya cara bacanya saja ada aturannya, harus benar, harus indah, ketika baca tafsirnya semua yang ada di dunia ada di Al Quran," ungkapnya.

"Orang lain bisa melihat keramaian, tapi yang mereka lihat itu akan ia tinggalkan. Alangkah tidak baiknya dunia tidak ditinggalkan sementara Al Quran yang akan menerangi kita di dalam kubur ditinggalkan," tutur Asep.

KOMPAS. com/DENDI RAMDHANI Asep Nandang saat mengajar para murid tunanetra di Yayan Wyataguna belajar membaca Alquran Braile di Masjid Ibnu Ummi Maktum, Yayasan Wyataguna, Jalan Pajajaran, Rabu (31/5/2017)
Mengajar kini menjadi gairah yang terus ia tekuni. Tujuannya hanya satu, ia tidak ingin penyandang tunanetra gelap ilmu dan berputus asa.

Kisah kelam sempat ia alami sewaktu terpaksa kehilangan penglihatannya akibat perenggangan saraf mata dan otak. Seketika ia terpuruk, putus asa, dan tak ingin berinteraksi dengan lingkungan sekitar.

"Saya tiga tahun tidak ingin bertemu orang lain. Nah, saya terinsipirasi dari siaran radio yang penyiarnya tunanetra. Dari sana lah semangat saya bangkit karena saya dulu bercita-cita jadi penyiar. Dan akhirnya cita-cita itu terwujud sekarang, saya sering siaran di radio maupun di televisi," tuturnya.

Di luar rutinitasnya mengajar, Asep pun membuka klinik pijat secara mandiri bernama Genky Shiatsu yang beralamat di Jalan Cikampek Raya No. 6, Antapani Bandung. Di klinik itu, ia memiliki 10 karyawan yang semuanya tunanetra.

"Iya saya buka klini terapi, saya membuka peluang bagi tunanetra untuk bekerja dan sekarang saya sudah punya 10 pekerja. Ya coba-coba merintis bisnis lah," katanya.

Baca juga: Hanya dengan Mendengar, Gadis Tuna Netra Ini Hafal Al Quran Sejak Kelas 5 SD

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com