Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 28/05/2017, 13:13 WIB
Kristian Erdianto

Penulis

AMBARAWA, KOMPAS.com - "Ter-copy, silakan kereta langsir ke jalur 1," ujar Lili salah salah satu petugas stasiun saat berkomunikasi dengan rekan kerjanya melalui perangkat walkie talkie yang digenggamnya, Minggu (28/5/2017).

Tak lama kemudian dari arah timur stasiun sebuah lokomotif yang menarik tiga gerbong kereta perlahan mendekat. Belasan calon penumpang yang sudah menunggu berjalan mendekati jalur kereta. Mereka terlihat tidak sabar untuk naik ke kereta tersebut.

"Mohon hati-hati. Dari arah timur gerakan langsiran kereta akan masuk di jalur 1," kata Lili kepada seluruh calon penumpang.

Sebelum naik, beberapa orang tua sempat mengabadikan anaknya menggunakan kamera ponsel dengan latar belakang gerbong kereta yang terbuat dari kayu.

Kereta tersebut merupakan kereta wisata yang menjadi wahana andalan yang ada di Museum Kereta Api Ambarawa, Jawa Tengah. Ketiga gerbongnya ditarik oleh lokomotif bermesin diesel.

Menurut penuturan Sunardi, seorang masinis, lokomotif itu dibuat di Jerman sekitar tahun 1960-an.

Kereta api wisata museum akan membawa anda menikmati secuil pemandangan lanskap kota Ambarawa dari stasiun yang terletak di dalam museum menuju stasiun Tuntang.

KOMPAS.com/Kristian Erdianto Lokomotif kereta wisata Museum Kereta Api Ambarawa yang dibuat di Jerman sekitar tahun 1960-an.
Sepanjang perjalanan Anda akan disuguhi hamparan sawah yang menghijau, kegiatan para petani, dan danau alami Rawa Pening.

Saya sengaja memilih duduk dekat jendela agar bisa menikmati indahnya Ambarawa dan keramahan warganya. Beberapa kali kereta berpapasan dengan warga yang tinggal di sekitar jalur perlintasan kereta.

Saya melambaikan tangan sekadar untuk menyapa. Mereka pun membalas melambai sambil tersenyum lebar.

Petugas penjaga perlintasan kereta pun tidak kalah ramahnya. Saat menyetop kendaraan bermotor yang akan melintas, dia melambaikan tangan ke seluruh penumpang yang ada di dalam gerbong.

Kereta wisata reguler yang menarik tiga gerbong tua sekaligus berkapasitas 40 orang dalam sekali perjalanannya.

KOMPAS.com/Kristian Erdianto Pemandangan dari atas kereta wisata di Museum Kereta Api Ambarawa, Jawa Tengah. Kereta api ini akan membawa anda menikmati lanskap kota Ambarawa dari stasium yang terletak di dalam museum menuju Stasiun Tuntang.
Wisatawan dapat memilih jam perjalanan pagi, pukul 10.00, siang pukul 12.00 atau sore mulai pukul 14.00 WIB. Lama perjalanan pulang pergi Ambarawa-Tuntang selama satu jam.

Wisatawan dapat membeli tiket di Museum Kereta Ambarawa mulai pukul 08.00 sejak stasiun tersebut buka. Harga tiket untuk perjalanan wisata reguler Rp 50.000.

Usai menikmati perjalanan Ambarawa - Tuntang, saya memilih untuk mengelilingi museum. Koleksi lokomotif tua sejak zaman Belanda berjajar rapi di atas rel kereta.

Di setiap lokomotifnya dipasang panel yang memuat informasi lengkap mengenai lokomotif tersebut. Meski tidak lagi digunakan, belasan lokomotif tua itu menjadi saksi sejarah perjalanan bangsa Indonesia dan kisahnya masih tersimpan rapat di dalamnya.

Baca juga: Membangkitkan "Arwah" Dr Tjipto Mangoenkoesoemo di Kota Ambarawa

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di 'Rumah' yang Sama...

Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di "Rumah" yang Sama...

Regional
Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com