Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menristek Dikti Prihatin Jumlah Lulusan Sarjana Indonesia Kalah dari Malaysia

Kompas.com - 21/05/2017, 17:44 WIB
Kontributor Medan, Mei Leandha

Penulis

MEDAN, KOMPAS.com - Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir mengaku prihatin dengan minimnya jumlah angkatan kerja di Indonesia yang lulus dari perguruan tinggi.

Saat ini, jumlah angkatan kerja Indonesia yang merupakan lulusan sarjana dan diploma hanya berkisar di angka 11 persen. Menurut prediksinya pun, jumlah itu hanya akan naik menjadi 13 persen hingga tahun 2030.

"Malaysia saja saat ini sudah 22 persen. Ini ancaman serius merebut lapangan kerja. Tugas rektor dan direktorat untuk memajukan dan berjuang meningkatkan mutu pendidikan kita. Supaya tidak hanya menambah lulusan sarjana, juga mutu dari para lulusannya," ungkap Nasir di sela peluncuran Sistem Informasi Kepangkatan Tenaga Dosen (Sipaten), Sabtu (20/5/2017).

(Baca juga: Menristek Dikti: Jangan Ada Partai Politik di Dalam Kampus)

Gubernur Sumatera Utara Erry Nuradi mengatakan, bidik Misi menjadi salah satu peluang untuk meningkatkan jumlah lulusan sarjana dan diploma dengan membuka kesempatan kepada peserta didik yang kurang mampu secara ekonomi.

"Sampai 2016, sudah 352.000 mahasiswa jadi peserta Bidik Misi. Sebanyak 87.000 telah menyelesaikan pendidikannya," kata Erry.

Koordinator Korpertis Wilayah 1 Sumut Dian Armanto mengatakan, saat ini pihaknya membina 264 perguruan tinggi, di antaranya 33 universitas dan 16 politeknik.

"Akan ada pertambahan jumlah politeknik sesuai arahan Menristekdikti. Selain itu, dari 22 PTS, 11 sudah terakreditasi B dan sisinya akreditasi C. Target kita, 2019 nanti ada satu PTS yang terakreditasi A," ungkap Dian.

Sementara itu, Erry menambahkan, peluncuran Sipaten juga diharapkan bisa meningkatkan kualitas para sarjana dan diploma di Indonesia ke depannya.

"Sipaten memudahkan para dosen melakukan kenaikan pangkat dan jabatan. Saya yakin para dosen di perguruan tinggi negeri dan swasta jadi punya banyak waktu berkualitas untuk mendidik para mahasiswa," ujar Erry.

 

Kompas TV Setelah adanya alternatif susu dari bahan kedelai, kali ini ada lagi susu yang menggunakan bahan talas.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com