Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Fauzi dari Jual Jamu Sambil Bawa Buku hingga Bangun Rumah Baca

Kompas.com - 18/05/2017, 07:00 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis

Imroatul Mufidah, istri Fauzi, bercerita, mereka memutuskan pindah ke Desa Sukorejo Buduran, Kabupaten Sidoarjo, setelah rumah keluarganya terkena dampak lumpur Lapindo. Dia kemudian mengajar ngaji anak-anak di sekitar rumahnya untuk mengisi kesibukan selepas membantu suaminya membuat jamu.

"Awalnya hanya satu orang ponakan dan tiga orang temannya yang ngaji. Kemudian semakin banyak. Tapi jangan dibayangkan seperti ini ya. Dulu saya sama suami hanya punya satu kamar, dapur dan kamar mandi. Depan sama belakang tanah kosong. Di depan sana dulu di tutupi sama banner bekas dan lantai tanah untuk anak-anak mengaji," ungkapnya.

Untuk perpustakaan, awalnya mereka menggunakan bekas bangunan pondok bersalin desa yang sudah tidak lagi digunakan yang kebetulan berada tepat di samping rumah.

Pada tahun 2011, bangunan tersebut dialihfungsikan sebagai perpustakaan dengan mana Taman Ilmu Masyarakat.

Cinta buku

Kepada Kompas.com, Fauzi mengaku baru mulai mencintai dunia literasi saat mondok selama 8 tahun di Pondok Pesantren Bustanul Arifin Songgon Banyuwangi.

Dia nekat berangkat ke Banyangi setelah lulus SMP. Padahal saat itu ibunya memintanya melanjutkan pendidikan di tingkat SMA.

"Dulu jangankan beli buku, untuk kebutuhan sehari-hari saja sudah susah. Apalagi saya lahir dari keluarga besar dan bukan berasal dari keluarga yang berada. Sejak kecil saya sudah bantu ibu jualan jamu keliling kampung," kata anak sulung dari 10 bersaudara.

Alasan sulitnya mendapatkan buku saat masih anak-anak membuat Fauzi berniat untuk terus mengampanyekan budaya membaca.

"Saya mempercayai jika pengetahuan dan pendidikan yang bisa mengubah hidup seseorang. Dan itu bisa didapatkan dari membaca buku," ucapnya.

Kecintaan pasangan yang telah memiliki dua orang anak tersebut terhadap buku dan pendidikan tidak berhenti di tengah keterbatasan.

Sedikit demi sedikit, mereka berhasil mengumpulkan banyak buku dari donasi buku melalui media sosial. Dia aktif mengunggah kegiatan perpustakaan yang dia kelola.

"Saya ingat saat itu adalah salah satu tenaga kerja wanita yang berada di luar negeri transfer sekitar Rp 600.000 dan semuanya saya belikan buku untuk anak-anak," kata Fauzi.

Dan ide berjualan jamu sambil membawa buku baru dia lakukan sejak tahun 2013 agar masyarakat yang tidak bisa datang ke tempatnya masih bisa membaca buku.

Saat ini, ada sekitar 7.000 koleksi buku yang dimiliki oleh Fauzi. Selain itu, Fauzi juga banyak mendonasikan buku-buku kepada rumah baca lain yang baru didirikan di sekitar Sidoarjo.

"Biasanya ada yang ingin mendirikan rumah baca dan saya menghibahkan 100 buku serta meminjamkan untuk sementara 150 buku untuk modal awal mereka membuka rumah baca di sekitar Sidoarjo," kata lelaki yang juga menjadi ketua pengelola perpustakaan desa tersebut.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com