Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahasiswa Unibraw Ini Kembangkan Hidroponik dengan Air Laut

Kompas.com - 17/05/2017, 15:34 WIB
Andi Hartik

Penulis

MALANG, KOMPAS.com - Sejumlah mahasiswa di Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya, Malang mengembangkan teknologi budidaya hidroponik dengan menggunakan air laut.

Pengembangan teknologi itu dilakukan untuk masyarakat pesisir yang kesulitan bercocok tanam sayuran.

Diki Darmawan, salah satu mahasiswa mengatakan, mula - mula air laut itu didestilasi atau disuling. Proses destilasi menggunakan tenaga surya atau cahaya matahari dengan memanfaatkan ruang trapesium dari kaca sebagai destilator.

"Air lautnya dimasukkan. Kemudian terkena cahaya matahari menguap atau mengalami proses pengembunan dan hasil uap akan masuk ke penampungan yang telah disediakan," katanya saat ditemui dalam Pameran Inovasi Pertanian di Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya, Rabu (17/5/2017).

Jika panas matahari sempurna, destilator dengan kapasitas 10 liter air laut akan menghasilkan 600 mililiter air yang sudah didestilasi per hari.

Rizky Adha Lubis, mahasiswa lainnya mengatakan, proses destilasi dilakukan untuk menyesuaikan kadar air laut dengan kadar air yang dibutuhkan untuk tanaman hidroponik. Salah satunya adalah untuk mengurangi mineral natrium clorida (NaCl) yang di dalam air laut kandungannya berlebih untuk tanaman hidroponik.

"Kalau natrium cloridanya tinggi mengganggu proses penyerapan nutrisi dan pertumbuhannya tidak maksimal," katanya.

Selain itu, proses destilasi juga untuk menyeimbangkan sifat air laut yang dominan basa. Menurut dia, PH pada air laut di atas delapan. Sedangkan untuk tanaman hidroponik dibutuhkan power hidroksi yang netral.

"Hidroponik harus mendekati netral antara enam sampai delapan," jelasnya.

Minim konsumsi sayuran

Inovasi budidaya hidroponik dengan air laut itu merawal dari kondisi masyarakat pesisir yang minim konsumsi sayuran. Sebab, rata -rata kawasan pesisir tidak bisa ditanami sayuran karena minimnya lahan yang subur.

"Karena lahan disana berkapur dan juga berkadar garam tinggi dan erosi sehingga tidak optimal," kata Diki.

Oleh karenanya, rata - rata masyarakat pesisir jarang mengkonsumsi sayuran. Apalagi masyarakat pesisir yang aksesnya masuk ke pelosok.

"Kami ingin mengubah pola konsumsi masyarakat di daerah pesisir yang konsumsi ikannya tinggi. Bahkan orang sana kalau sayur. Ikan dikasih kuah itu sudah sayur," ucapnya.

Ada lima mahasiswa yang mengembangkan teknologi itu. Yakni Diki Darmawan, Rizky Adha Lubis, Adamsyah Harika, Lantip Titik Sarici dan Laela Fitriani. Saat ini, teknologi itu sudah disosialisasikan ke masyarakat pesisir Pantai Sendang Biru, Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang.

Baca juga: Sempat Dikira Buatan Pabrik, Robot Buatan Mahasiswa UMM Juara di Amerika

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com