Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak Indonesia Bukan Tidak Minat Membaca, tetapi...

Kompas.com - 11/05/2017, 09:09 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis

BANYUWANGI,KOMPAS.com - Trini Hayati, Pendiri Yayasan Pengembangan Perpustakaan Indonesia mengatakan, minat membaca anak-anak Indonesia tidak rendah, tetapi akses untuk mendapatkan bukunya  yang sulit.

Hal tersebut disampaikan Trini saat seminar dengan tema mendirikan perpustakaan tanpa modal di Yayasan Bustanul Hikmah sidoarjo Minggu (7/5/017).

"Data UNESCO menunjukkan jika minat baca anak-anak di Indonesia rendah yaitu dari 10.000 anak hanya ada satu anak yang memiliki minat baca. Tapi bagi saya akses  buku yang sulit sebagai kendala. Setiap ada gelar baca di taman-taman banyak kok anak-anak yang langsung datang buat baca. Minat ada tapi untuk mendapatkan akses buku susah jadi minat baca anak kurang," katanya.

Salah satu solusi meningkatkan minat baca anak adalah dengan membuat pustaka bergerak yang mengakomodasi kebutuhan buku-buku terutama di daerah-daerah. Selain itu juga mendirikan taman baca sehingga anak-anak bisa mengakses buku dengan mudah.

"Buku ini kalau diam tidak dibaca kan sayang. Akan lebih baik jika dikumpulkan lalu dipinjamkan ke anak-anak. Kalau kendalanya karena enggak ada tempat ya bisa dimasukkan ke dalam tas ransel atau kardus lalu di bawa ke tempat-tempat umum dengan gelar lapak buku gratis. Ini yang disebut pustaka bergerak," jelasnya.

Sementara untuk rumah baca, dia menyebutkan, bisa disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekitar.

"Tidak harus muluk-muluk tapi bisa berangkat dari apa adanya. Ada beberapa buku di pajang terus ajak anak-anak datang untuk membaca. Jika butuh buku bisa penggalangan buku bekas dan yang terpenting harus istiqomah," katanya.

Ia mengaku ada beberapa kendala saat akan mendirikan rumah baca antara lain tempat, koleksi buku, jejaring, dana, aturan serta kegiatan.

"Bertemanlah dengan banyak kalangan. Tidak harus dengan mereka bergerak di bidang literasi saja. Bisa siapa saja. Nah di sana kita bisa membuat jaringan untuk membantu kebutuhan rumah baca yang akan kita dirikan," jelasnya.

Sementara itu Muhammad Fauzi, pemilik Yayasan Bustanul Hikmah Sidoarjo yang juga mengelola rumah baca mengatakan, setiap orang bisa mendirikan rumah baca tapi yang terpenting adalah menjaga agar tetap konsisten.

Itu yang dilakukannya hingga Bustanul Hikmah meraih Juara 1 Gramedia Reading Community Competition 2016 untuk Regional Jawa Timur, Bali, Lombok, dan Banjarmasin.

"Selalu ada pengalaman baru saat memutuskan mendirikan dan mengelola rumah baca. Pengalaman itu yang membuat kita semakin kaya. Tapi yang terpenting adalah bagaimana kampanye literasi sampai ke anak-anak dan mereka tertarik untuk membaca buku," katanya.  kepada Kompas.com.

 

Baca juga: Kisah Perahu Pustaka Jelajahi Pesisir Sulawesi agar Anak-anak Bisa Membaca

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com