Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tuntut Ahok Dibebaskan, Ratusan Warga NTT Gelar Aksi Bakar 1.000 Lilin

Kompas.com - 09/05/2017, 20:21 WIB
Sigiranus Marutho Bere

Penulis

KUPANG, KOMPAS.com - Ratusan warga Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), menggelar aksi bakar 1.000 lilin di depan kantor Pengadilan Tinggi NTT, Selasa (9/5/2017) malam.

Aksi bakar lilin yang dikoordinir oleh kelompok warga yang menamakan diri Brigade Meo itu dilakukan untuk menuntut agar Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dibebaskan dari penjara.

Baca juga: Satpam "Rumah Lembang" Meninggal Usai Dengar Vonis Ahok

Koordinator warga aksi, Pendeta Johny Kilapong mengatakan, aksi warga tersebut yakni sebagai bentuk simpatik dari masyarakat Kota Kupang terhadap vonis penjara dua tahun terhadap Ahok.

"Ini aksi kami dari berbagai macam organisasi masyarakat, agama dan suku di NTT dilakukan secara spontanitas, sebagai bentuk kepedulian kami terhadap demokrasi dan matinya demokrasi di Indonesia. Artinya kita mengharapkan agar pengadilan sebagai tempat untuk mendapatkan keadilan ternyata belum kita mendapatkan keadilan," tegas Johny.

Menurut Johny, proses persidangan Ahok selama 20 kali hampir pasti tidak ada artinya apa-apa, karena keputusan hakim tidak berdasarkan fakta pengadilan, melainkan berdasarkan tekanan massa dan itu harus dilawan.

Putusan hakim itu, lanjut kata Johny, bukan dilawan dengan cara anarkistis, tetapi harus dengan cara yang benar. Salah satu kepedulian warga Kota Kupang terhadap matinya demokrasi di Indonesia yakni dengan menggelar aksi ini.

Johny menyebut, Ahok menjadi simbol pemimpin yang bersih yang berintegritas dan adil serta menjadi harapan masyarakat. Ahok ini berbeda dalam mengadministrasi keadilan masyarakat dan dia berani melawan arus yang penuh dengan kejahatan dan rekayasa.

"Sebagai warga negara yang bertanggung jawab, kita tidak semestinya membiarkan kejahatan terus-menerus terjadi, dan ini adalah aspirasi yang bagus. Kalau misalnya kejahatan disuarakan secara berulang kali, maka akan menjadi kebenaran dan ini harus dihentikan dengan cara, kita harus keluar dari kenyamanan kita untuk melawan kejahatan itu," tegasnya. 

"Kami datang ke sini bukan bicara agama, tapi kita bicara berdasarkan empat pilar kebangsaan. Artinya kami datang ke sini minta keadilan bagi Indonesia dan semoga Pak Jokowi bisa mendengar aspirasi kami di sini," sambungnya.

Baca juga: Massa Pendukung Nyalakan Lilin untuk Ahok di Rutan Cipinang

Permintaan kepada Jokowi itu, lanjutnya, tidak bermaksud agar orang nomor satu di Indonesia itu melakukan intervensi kepada putusan hakim. Dia minta agar Jokowi mulai berani untuk menindak dan melawan kelompok-kelompok yang merusak keadilan di Indonesia.

"Kalau dibilang Ahok menista agama, maka kami tidak setuju karena justru Ahok adalah korban dari penggiringan dari opini publik yang menyatakan kalau Ahok menista agama, sehingga kita tidak boleh setuju karena ini semua adalah permainan politik. Putusan hakim karena tekanan massa dan tentu kita tidak menerima itu karena akan rusak negara ini," pungkasnya.

Kompas TV Ahok Bersalah dan Diberhentikan Sementara (Bag 3)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com