Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orangutan dan Beruang Madu Sitaan dari Jabar akan Dilepasliarkan

Kompas.com - 09/05/2017, 14:19 WIB
Kontributor Pangkalan Bun, Nugroho Budi Baskoro

Penulis

PANGKALAN BUN, Kompas.com - Satu orangutan dan satu beruang madu hasil sitaan di Jawa Barat, dikirim ke Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Kedua satwa liar tersebut akan direhabilitasi dan dilepasliarkan ke habitat aslinya.

Orangutan jantan berusia 14 tahun, dan beruang madu berumur 2,5 tahun itu tiba di Bandara Iskandar Pangkalan Bun, Selasa (9/5/2017) siang. Keduanya diserahkan ke Orangutan Care Centre and Quarantine (OCCQ) Pangkalan Bun.

Agung Widodo, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah, Seksi Konservasi Wilayah (SKw) II mengatakan, pemulangan satwa langka karena kerja sama pihaknya dengan Jakarta Animal Aid Network (JAAN), Animal Sanctuary Trust Indonesia (ASTI) Bogor, dan Orangutan Foundation International (OFI).

"Satwa-satwa ini asli dari Kalimantan, nantinya akan kita lepas liarkan lagi ke habitat aslinya. Untuk sementara menunggu kesiapan akan direhab dulu di OCCQ, tempatnya Profesor Birute. Nanti dilepasliarkan setelah siap semuanya, siap lokasi, siap satwanya," kata Agung, Selasa (9/5/2017) siang.

(Baca juga: Dianggap Keluarga, Serah Terima Bayi Orangutan Diiringi 'Tangisan')

 

Femke den Haas, dari JAAN mengatakan, saat ditemukan tiga tahun lalu, kondisi orangutan itu sangat menyedihkan.

"Orangutan ini dievakuasi dari salah satu vila di Puncak. Di sana orang pelihara dalam keadaan yang sangat-sangat menyedihkan. Kami satu tim sangat kaget pas lihat keadaannya dalam kandang yang sangat sempit, bau, dan dia besarnya di situ," bebernya.

"Dia kurus kering. Malah kita pikir dia ga akan bisa survive," imbuhnya.

Sedangkan beruang madu itu disita dari seorang pedagang di Bandung pada Februari 2015. "Dia masih bayi. Bayi sekali. Masih perlu disusui dengan botol. Pedagangnya ditangkap di Bandung oleh Tim Mabes Polri," kata dia.

(Baca juga: Jangan Lagi Rusak Rumah Orangutan Ya")

Pendiri OFI, Birute Galdikas mengatakan, untuk rehabilitasi satwa langka itu diperlukan waktu antara satu hingga dua tahun.

"Kita akan merawat, akan dilepas di hutan yang kecil, yang tertentu, yang ada pagar, dan nanti kalau dia bisa bikin sarang, bisa cari makan sendiri di atas pohon, kita akan lepas ke hutan. Tapi prosesnya barang kali satu-dua tahun. Tidak cepat," ungkap perempuan yang mulai meneliti orangutan di Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP) selama lebih dari 40 tahun ini. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com