Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Atas Kursi Roda Herlin Bawa Wayang Kardus Mini Mendunia

Kompas.com - 09/05/2017, 08:44 WIB
Muhlis Al Alawi

Penulis

MADIUN, KOMPAS.comHerlin Susilowati (37) tak menyangka buah karya wayang kardus mininya akan melanglang buana hingga Amerika, China dan Korea.

Betapa tidak. Awalnya, wayang kardus mininya hanya untuk hiburan membangkitkan semangat hidupnya. Karena sejak kecil ia harus hidup di atas kursi roda. Tepatnya saat usianya 16 bulan, putri pasangan Sujito dan Suwarsini ini mengalami kelumpuhan pada kedua kakinya.

Kondisi ini menjadikan Herlin tak bisa berbuat banyak. Untuk bepergian Herlin harus menggunakan kursi roda.

Namun, hidup di atas kursi roda, tidak membuat Herlin Susilowati (37) frustasi. Ibu satu anak ini, justru memiliki keinginan melanjutkan perjuangan bapaknya melestarikan kesenian tradisional wayang.

"Bapak saya dulu perajin wayang di Kota Madiun. Saya ingat perjuangan bapak saya, bagaimana usahanya melestarikan wayang penuh dengan lika-liku. Apalagi sekarang peminat wayang tambah sedikit. Meski dalam keterbatasan saya ingin melanjutkan perjuangan bapak untuk melestarikan seni wayang kulit," ujar Herlin di sela-sela pameran kerajinan tangan di Madiun, Sabtu ( 6/5/2017).

Herlin masih mengingat, saat itu ayahnya memiliki Sanggar Wayang Karya Budaya. Ia harus kehujanan membawa wayang kulit kemana-mana. Tak hanya itu, ayahnya pun sering dicemooh kalau wayang kulit tidak laku lagi.

"Dalam hati saya, perjuangan ayah saya seperti itu untuk melestarikan wayang. Makanya saya ingin menuntaskan apa yang menjadi cita-cita ayah saya," ungkap Herlin.

Menurut Herlin, untuk melestarikan seni wayang kulit tak harus membuat wayang dari bahan kulit. Ia memutar otak lantaran bahan membuat wayang kulit tidaklah murah. Herlin lalu memanfaatkan bekas kardus susu formula menjadi bahan wayangnya.

Hasilnya, muncullah wayang kardus dari ukuran mini hingga jumbo dengan harga terjangkau. Wayang mini untuk gantungan kunci, dijual seharga Rp 5.000. Sementara wayang mini kardus dijual mulai Rp 4.000 hingga Rp 15.000.

Dalam satu hari, Herlin yang tinggal di Jalan Imam Bonjol, Gang Jatijajar no 2 Kota Madiun ini mampu memproduksi sendiri 25 wayang mini dari kardus dengan ukuran tujuh sentimeter hingga 12 cm.

 

Untuk pembuatannya dilakukan secara manual dengan dipahat seperti membuat wayang kulit. Inovasinya menciptakan wayang mini berbahan kardus rupanya banyak membuat anak-anak sekolah dan guru tertarik.

Mereka banyak membeli wayang kardusnya untuk mendukung salah satu pelajaran di sekolah. Tak hanya itu, wayang kardus mininya sering dibawa ke luar negeri seperti Amerika, China dan Korea untuk dijadikan cinderamata saat ada pertukaran pelajar.

"Biasanya untuk cinderamata pertukaran pelajar ke Amerika, China, hingga Korea. Kadang juga dibeli staf Dinas Pariwisata untuk oleh-oleh kalau ada tamu dari luar negeri," jelas Herlin.

Tak berhenti inovasi di wayang kardus mini, istri Didit Juniawan ini mengembangkan kerajinan wayangnya. Kali ini ia menggunakan kaca sebagai medianya.

Saat ini, Herlin sedang mencoba mengembangkan usaha kerajinan wayangnya dengan membuat wayang di media kaca. Bentuknya, kaca dilukis wayang di bagian belakangnya. "Jadi kalau dilihat dari depan bentuknya halus," kata Herlin.

Untuk menjual produknya, Herlin menggunakan media sosial dan toko online. Selain itu, ia juga aktif mengikuti pameran bersama komunitas perajin di Kota Madiun, Madiun Comunity Craft (MCC). Omzet penjualan perbulan bisa mencapai Rp 1 jutaan.

"Omset tidak mesti kadang Rp 500.000 sampai Rp 1 jutaan," jelas Herlin.

Meski keuntungan dari membuat wayang kardus mini kecil, Herlin mengaku senang dan bangga. Sebab, walaupun dalam keterbatasan fisik ia bisa meneruskan perjuangan ayahnya melestarikan kesenian wayang kulit hingga dunia internasional.

Herlin bersyukur, perkembangan usahanya berinovasi wayang kardus mini didukung suaminya, Didit Juniawan (35).

"Dulu sebelum ketemu Mas Didit saya sering di rumah dan minder. Mas Diditlah yang membangkitkan semangat saya untuk terus berkarya dan pantang menyerah dari sejak awal sampai sekarang" jelas Herlin.

Walau berinovasi mengambangkan wayang kardus mini kecil dan kaca, Herlin tak melupakan wayang kulit. Ia tetap membuat wayang dari kulit, bila ada yang memesannya. 

 

Sementara itu suaminya, Didit mengatakan, untuk memajukan usaha istrinya ia menambah dengan usaha handycraft seperti hiasan flanel untuk toples, dan suvenir.

Mereka pun memberi nama usahanya dengan nama depan anaknya Aisyah Handycraft.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com