Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemuda Pancasila Bubarkan Pameran Seni soal Wiji Thukul di Yogyakarta

Kompas.com - 08/05/2017, 18:54 WIB
Markus Yuwono

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Pameran seni Wiji Thukul di Pusat Studi Hak Asasi Manusia (Pusham) Universitas Islam Indonesia (UII) Banguntapan, Bantul, Yogyakarta, Senin (8/5/2017), dibubarkan organisasi masyarakat (ormas) Pemuda Pancasila.

Pameran seni karya seniman Andreas Iswinarto bertema "Aku masih Utuh dan Kata-kata Belum Binasa" tersebut dianggap berbau komunis.

Direktur Pusham UII, Eko Riyadi menyayangkan pembubaran pameran itu. Dia menyebutkan, pameran seni tersebut tidak ada kaitannya dengan komunisme seperti yang dituduhkan ormas tersebut.

"Ini acara pameran lukisan karya pelukis Andreas Iswinarto yang terinspirasi puisinya Wiji Thukul, hari ini mulai semacam pameran. lukisan abstrak, ditempel sama puisinya," katanya.

"Pemuda Pancasila menuduh ini acaranya komunis, ini pameran abstrak. Enggak ada hubungannya sama komunis dan macam-macam,"  tambah dia.

Apalagi, lanjut Eko, tokoh Wiji Thukul sudah difilmkan, dan tidak ada masalah.

"Saya tidak tahu, sebenarnya ini kegiatan pameran. Kalaupun diskusi akademik terkait kasus pelanggaran HAM. Jadi pembubaran tidak mendasar, mereka (PP) bukan alat negara, tidak punya otoritas, tidak ada dasar. Mereka menanyakan izin," ucapnya.

Eko menduga pembubaran tersebut ada keterkaitan dengan beberapa pembubaran diskusi di beberapa titik di Yogyakarta beberapa waktu lalu.

"Kalau melihat sistematisnya, ini kan pembubaran kesekian kalinya di Yogya, polanya hampir sama. Saya kira ini tidak berdiri sendiri. Saya menduga kuat ada aktor intektual di belakang. Acara ini rencananya hari Jumat, tetapi hari ini mereka sudah tahu," sebutnya.

Pihaknya berencana segera melaporkan kejadian itu ke Polda Yogyakarta.

"Kami akan lapor polisi sebagai tanggung jawab mereka menjaga dan mengamankan hak asasi kebebasan berekspresi," tuturnya.

Sementara itu,  Ketua Majelis Pimpinan Wilayah Pemuda Pancasila DIY, Faried Giant Soeparjan menyebutkan, pihaknya sudah melakukan pemantauan sebelum membubarkan acara. Dia mengatakan, Indonesia saat ini sedang gaduh, resah dan bingung.

"Kami indikasikan acara ini berbalut gerakan anak turun komunis. Dengan paham itu kami bukan tidak boleh (pameran) sebenarnya," ucapnya.

Menurut dia,  pameran tersebut tidak mempunyai izin kepolisian setempat.  Gerakan dalam pameran, kata dia, sebaiknya tidak dilakukan di lokasi yang terkesan sembunyi-sembunyi.

"Kalau memang untuk kemajuan seni di rumah saya pun boleh. Saya dan Pemuda Pancasila akan intolerans untuk komunis, Organisasi Papua Merdeka dan separatis. Tapi saya tidak anti Papua," katanya.

Komunis atau PKI, kata dia, masih terlarang berdasarkan TAP MPRS Nomor 25 Tahun 1966 yang belum dibatalkan.

Dari pantauan, sekitar pukul 18.15 WIB sejumlah mahasiswa masih bertahan di lokasi meski sudah tidak ada lukisan ataupun puisi. 

Baca juga: Ketum PBNU Berterima Kasih Pemerintah Bubarkan HTI

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com