PURBALINGGA, KOMPAS.com - Jika biasanya Hari Buruh Internasional atau "May Day" diperingati dengan unjuk rasa terkait persoalan kesejahteraan, kali ini para buruh di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, justru unjuk kebolehan dalam lomba fashion show di Pendapa Dipokusumo, Senin (1/5/2017).
Satu per satu tim perwakilan dari 36 perusahaan di Purbalingga berlenggak-lenggok di atas catwalk.
Layaknya model profesional, busana yang mereka kenakan juga istimewa, yaitu kebaya tradisional Banyumasan.
“Kami bersyukur peringatan 'May day' tahun ini berlangsung kondusif. Rangkaian acara ini juga sebagai simbol keharmonisan antara buruh, perusahaan, dan pemerintah,” kata Bupati Purbalingga Tasdi.
(Baca juga: Buruh di Aceh Tuntut UMP 2018 Jadi Rp 3,15 Juta )
Tak hanya fashion show, Pemerintah Kabupaten Purbalingga menggelar rangkaian program lain, seperti donor darah, lomba administrasi LKS, dan acara puncak sarasehan buruh bersama bupati.
“Kami berkomitmen penuh dalam pengentasan kesejahteraan buruh. Salah satunya, di tahun ini kami sudah membentuk satu dinas baru dalam nomenklatur yang khusus menangani tenaga kerja. Dan terbukti, pembayaran UMK (upah minimum kabupaten) tahun ini meningkat dari 90 persen menjadi 94,32 persen,” ujar Tasdi.
Sementara itu, Ketua Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) Kabupaten Purbalingga, Supono Adi Warsito, dalam sambutannya mendesak pihak pemkab untuk terus memperhatikan nasib buruh.
“Kesejahteraan itu bukan hanya upah atau jaminan sosial. Kesejahteraan juga termasuk perumahan, koperasi, dan pendidikan,” katanya.
(Baca juga: Buruh Tuntut Jaminan Pensiun Disamakan dengan PNS)
Untuk diketahui, sebagai kota industri, penyerapan tenaga kerja di Purbalingga tergolong besar.
Dari 380 industri, sedikitnya menyerap 52.556 buruh yang kebanyakan berdomisili tetap di Purbalingga.
Meski demikian, pada tahun 2017 kenaikan UMK kecil, dari sebelumnya Rp 1.377.500 naik menjadi Rp 1.522.500.