Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kapolri: Kita Cakar-cakaran di Dalam, Bangsa Ini Tidak Akan Maju

Kompas.com - 26/04/2017, 11:10 WIB
Wijaya Kusuma

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian menghadiri acara tabligh akbar memperingati Isra Miraj Nabi Muhammad di Mapolda DIY.

Dalam tausiahnya, Tito mengajak jemaah tabligh akbar untuk menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), kebinekaan dan mengingat spirit pemikiran para pendiri bangsa.

"Masalah kebinekaan ini kita harus rawat dan jaga terus. Kita bersyukur telah melewati masa-masa kritis yang bisa mengancam kebinekaan kita," ujar Tito di depan ribuan jemaah tabligh akbar, Senin (25/4/2017) malam.

Baca juga: Kapolri Minta Masyarakat Jangan Terus Persoalkan Perbedaan

Dia menjelaskan, beberapa daerah di Indonesia belum lama ini mengelar pilkada 2017 dalam rangka melaksanakan sistem demokrasi, baik untuk memilih gubenur, wali kota maupun bupati. Beberapa pilkada diwarnai dengan dinamika yang dapat memecah belah kebinekaan.

"Kita melihat bagaimana dinamika pilkada, misalnya Jakarta dimana terjadi hujatan di media sosial liarnya bukan main, saling menjelekkan, dan yang memprihatinkan membawa isu-isu sensitif," urainya.

Negara Indonesia, lanjut Tito, adalah negara yang unik. Tidak banyak negara yang memiliki ratusan suku, bermacam-macam agama dan ras.

"Kenapa kita perlu menjaga? Agar jangan sampai perbedaan ini bisa menjadi pemecah. Kita harus mengingat kembali pemikiran para pendiri bangsa ini," ucapnya.

Pada tahun 1928, Sumpah Pemuda yang diikuti banyak unsur dan elemen menyepakati tiga hal. Bertanah air satu, berbangsa yang satu dan berbahasa satu.

"Di tahun 1945 konsep dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika dideklarasikan, berbeda-beda tetapi tetap satu. Konsep Pancasila ini harus dipahami spirit dan maknanya," tandas Tito.

Pendiri bangsa paham betul bahwa negara ini terdiri dari beragam suku, agama dan Ras. Oleh karena itu, para pendiri meminggirkan semua perbedaan baik suku, ras dan agama untuk melebur ke dalam satu, Negara Indonesia.

"Yang heran di era penuh kebebasan ini, kok kita mundur lagi, sebagian sudah mulai membicarakan masalah kesukuan, masalah keagamaan dan keturunan. Sesuatu yang 1928 dan 1945 pendiri bangsa ini paham betul hal itu harus disingkirkan," kata Tito.

Oleh karena itu, kata Tito, jika masyarakat kembali ke hal-hal yang bersifat primordialisme kesukuan, keagamaan dan mulai melupakan kebangsaan, maka akan sangat berbahaya bagi kebinekaan.

Baca juga: Kapolri: Kita Bersatu Lagi, Warga Jakarta

Tito mengatakan, kalau cinta NKRI maka harus kembali kepada spirit para pendiri bangsa. Singkirkan perbedaan suku, agama, ras dan perkuat persatuan dan kesatuan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

"Sibuk kita cakar-cakaran di dalam, sibuk kita melihat identitas masing-masing dari suku, agama dan ras, bangsa ini tidak akan maju. Yang tepuk tangan tetangga-tetangga kita, karena dunia ini sudah kompetitif sekali, antarnegara saling bersaing," pungkasnya.

Kompas TV Tanggapan Kapolri Soal Penembakan di Lubuklinggau
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com