Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seluruh Desa di Gunungkidul Punya "Website" yang Terintegrasi ke SID

Kompas.com - 25/04/2017, 15:08 WIB
Markus Yuwono

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Seluruh desa di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, sudah memiliki website desa yang terintegrasi ke Sistem Informasi Desa (SID). SID terintegrasi dengan Sistem Informasi Kabupaten (SIK).

Integrasi ini diharapkan bisa menyajikan data valid tentang desa yang berasal dari masyarakat. Integrasi SID dengan SIK ini hari ini resmi diluncurkan pada Selasa (25/4/2017).

Baca juga: Dua Kali Libur Panjang, Gunungkidul Dikunjungi Ratusan Ribu Wisatawan

Pemerintah Kabupaten Gunungkidul memberi nama SID dengan “Sida Samekta” yang artinya Sarana Mewujudkan Desa Aktif dan Sejahtera, sedangkan untuk SIK diberi nama “Gumbregah” dengan arti Guna Mewujudkan Masyarakat Gunungkidul Sejahtera.

Saat ini, semua desa yang berjumlah 144 desa memiliki domain desa yaitu "nama desa-kecamatan.desa.id". Misalnya, masyarakat ingin melihat perkembangan Desa Wonosari, bisa menulis wonosari-wonosari.desa.id.

Bupati Gunungkidul Badingah menyampaikan, dari data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2015 angka kemiskinan Gunungkidul masih tergolong tinggi, yakni 21,7 persen. Angka ini berbeda dengan kondisi riil di masyarakat dengan terus meningkatnya kunjungan wisata ke Bumi Handayani ini.

“Lima tahun terakhir, kunjungan wisatawan meningkat cukup masif apakah tidak berpengaruh terhadap angka kemiskinan?” ulasnya di Bangsal Sewokoprojo, Wonosari, Gunungkidul.

Untuk itu, dengan peluncuran SID dan SIK diharapkan bisa memberikan data yang lebih mendalam mengenai potensi desa hingga keterbukaan informasi.

“Dalam sistem ini terdapat beberapa faktor yang harus dimanfaatkan oleh desa, yakni jurnalisme warga, layanan publik dan analisis data. Selain itu tentang keberlangsungan keterbukaan publik seperti penggunaan APBDes bisa disampaikan secara gamblang melalui SID,” katanya.

Diharapkan, semua kepala organisasi perangkat daerah (OPD) bisa memanfaatkan data di SID untuk menentukan program kerja, sehingga bisa tepat sasaran.

Wakil Bupati Gunungkidul, Immawan Wahyudi menambahkan, manfaat yang bisa diambil dari pemanfaatan SID adalah dorongan kepada perangkat desa untuk bisa melek teknologi, transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan desa, sehingga masyarakat mudah dalam mengakses informasi desa.

"Warga bisa mengawasi pemerintahan desa. Kalau tidak diawasi dana desa hanya untuk membuat tugu, padahal jalan desa masih perlu diperbaiki. Jangan sampai dana desa hanya untuk sekunder,” katanya.

Setiap desa diberikan akses hingga pendampingan untuk mengembangkan website yang dikembangkan. Nantinya untuk memudahkan pembaharuan data akan diberikan akses dari kecamatan ke desa.

“Untuk akses internet nanti akan terus kita dorong agar semua desa bisa terjangkau akses internet,” ujar Immawan.

Baca juga: Rinding Gumbeng Gunungkidul, Bukan Sekedar Alat Musik

Salah seorang operator website desa, Desa Pucung, Kecamatan Girisubo, Sunyi Setyawan mengatakan, desanya sudah mengisi konten dalam laman yang disediakan. Namun demikian, pihaknya terkendala akses internet yang belum maksimal.

“Setiap bulan kami harus membayar Rp 650.000 yang dianggarkan dari APBDes, itu pun tidak cepat seperti di sini (Wonosari),” sesalnya.

Kompas TV Pemberdayaan masyarakat pedesaan bisa dilakukan melalui beragam cara. Di gunung kidul yogyakarta, warga desa ngeposari memanfaatkan eceng gondok, menjadi karya bernilai ekonomis. Hasilnya, karya ini kini sudah menjadi salah satu komoditas ekspor andalan. Eceng gondok, selama ini dikenal sebagai gulma atau pengganggu tanaman air, yang hidup di atas rawa atau danau. Namun di tangan warga desa negeposari semanu gunungkidul, gulma ini disulap menjadi berbagai macam barang berguna, sekaligus diminati masyarakat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com