KOMPAS.com - Satu rombongan pendaki yang terdiri dari 11 orang tersambar petir ketika melakukan aktivitas pendakian di Gunung Prau, Wonosobo, Jawa Tengah, Minggu (23/4/2017). Tiga di antaranya tewas, dua orang mengalami luka.
Basarnas menyebutkan, saat kejadian, hujan turun dengan deras di puncak gunung. Para pendaki asal Jakarta dan sekitarnya itu berteduh di bawah pohon dan sempat memainkan ponsel sebelum disambar petir.
Selain sejumlah berita dari Gunung Prau, kelanjutan cerita dari pernikahan kakek 70 tahun yang menikahi mahasiswi berusia 25 tahun juga menjadi pilihan pembaca. Keluarga membantah sang gadis mau menikah hanya karena mahar Rp 1 miliar.
Sementara itu, dari Palembang diberitakan bahwa sopir mobil berisi satu keluarga yang ditembaki oleh polisi akhirnya meninggal dunia setelah sempat dirawat di ICU sejak peristiwa terjadi, Rabu (19/4/2017).
(Baca juga: Sedang Hadiri Pemakaman, Dua Anggota Legislatif Malah Terlibat Duel di Kuburan)
Berikut ini 5 berita populer dari seantero Nusantara yang tak boleh Anda lewatkan:
1. Para Pendaki Main Ponsel Sebelum Tersambar Petir di Gunung Prau
Staf Humas Kantor Basarnas Jateng Zulhawari Agustianto mengatakan, rombongan pendaki turun dari gunung pada Minggu (23/4/2017) siang sekitar pukul 10.00 WIB. Namun, baru jalan beberapa meter, hujan turun dengan intensitas cukup deras.
Rombongan pendaki yang berjumlah 11 orang lalu memutuskan untuk berteduh dengan membuat tempat berlindung sementara secara darurat (bivak). Bivak untuk berteduh dibuat di sekitar tower Nganjil.
"Namun, saat berteduh, sebagian pendaki bermain handphone. Saat itu langsung tersambar petir," kata Zulhawari, Senin (25/4/2017).
Baca selengkapnya di sini
Baca juga: 2 Pendaki yang Tewas Tersambar Petir di Gunung Prau Berasal dari Jakarta, Satu dari Depok dan Pendaki Tersambar Petir, Pendakian Gunung Prau Ditutup
2. Keluarga Gadis yang Dinikahi Kakek 70 Tahun Bantah Alasan Pernikahan karena Mahar Rp 1 Miliar
"Pernikahan itu bukan sehari atau dua hari saja karena faktor usia. Kasihan isterinya. Kalau kebutuhan materi mungkin saja iya, tapi kebutuhan batiniah bagaimana?"
"Ini adalah adab yang tidak pantas dibudayakan, sebuah nilai dari memanusiakan itu nampaknya telah tergeser," kata Lukman, salah seorang pemerhati sosial setempat.
Mendapati suara-suara negatif tersebut, pihak keluarga membantahnya. Mereka yang dikonfirmasi mengaku bahwa pernikahan tersebut tak ada unsur paksaan, namun atas persetujuan dari mempelai wanita sendiri.
Baca selengkapnya di sini
Baca juga: Kakek 70 Tahun Nikahi Gadis 25 Tahun dengan Mahar Lebih Rp 1 Miliar