Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Batik Angkot" Terinspirasi dari "Sejuta" Angkot di Bogor

Kompas.com - 22/04/2017, 14:33 WIB
Ramdhan Triyadi Bempah

Penulis

BOGOR, KOMPAS.com - Julukan Bogor yang disebut kota sejuta angkutan perkotaan (angkot) membawa ide unik bagi Sri Ratna Handayani. Wanita yang berprofesi sebagai pengrajin batik ini menuangkan ide itu di atas kain.

Handayani, begitu sapaan akrabnya, kini memperkenalkan batik angkot sebagai ikon baru dari gerai miliknya. Menurut Handayani, angkot di Kota Bogor memiliki ciri khas dibanding angkot-angkot di daerah lain.

Oleh karena itu, kain batik angkot miliknya mempunyai corak, warna, luriknya, sama seperti angkot di Kota Bogor.

"Ciri khasnya, seperti angkot apa adanya. Gambar dan luriknya berbeda, warnanya juga," ucap Handayani usai peluncuran kain batik angkot, di Bogor, Jawa Barat, Sabtu (22/4/2017).

Handayani menjelaskan, membatik merupakan proses seni yang menggunakan rasa. Begitu juga dengan angkot, banyak orang yang berpikir sebagai biang kemacetan.

Akan tetapi, sambungnya, keberadaan angkot bisa jadi positif jika dilihat dari sisi yang lain. Dirinya pun secara khusus mempersembahkan batik angkot ini kepada kaum perempuan di Bogor terhadap keberadaan angkot di Kota Bogor.

"Bogor punya banyak ikon, ya salah satunya angkot ini. Karena saya pengguna angkot sekaligus pengrajin batik, saya tuangkan ide ini di atas kain," katanya.

Menurut Handayani, ide memproduksi batik motif angkot ini muncul setelah Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto secara khusus melukis angkot sebagai motif batik dalam kegiatan amal memperingati Hari Batik, Oktober tahun 2016 lalu.

Karya Bima Arya tersebut dilelang dan laku terjual senilai Rp 42 juta. Dana yang terkumpul didonasikan ke Yayasan Kanker Indonesia dalam rangka membantu pasien kanker.

"Yang men-support ini memang pak Bima Arya. Saya pribadi sempat tidak percaya diri. Tapi, pak Bima bilang, ini (angkot) salah satu ikon Kota Bogor," tambah dia.

Kini, batik motif angkot miliknya telah diproduksi secara massal. Handayani memproduksi sekitar 200 potong dengan berbagai ragam dan corak. Harga satu kain batik motif angkot mulai dari Rp 50.000 sampai Rp 100.000 per 2 meter.

Untuk mempecepat produksinya, Handayani membuat motifnya dengan teknik batik cetak sehingga lebih terjangkau oleh masyarakat.

Selain motif angkot, Handayani juga sudah memproduksi batik motif khas Bogor lainnya, seperti motif Cepot, Tilu Sauyunan, Bogor Pisan, dan Kijang Papasangan.

"Saya selalu berpikir, pasti ada market (pangsa pasar) untuk setiap ide kreatif. Saya juga yakin, kain batik motif angkot ini juga akan diminati masyarakat. Dalam peluncuran kain batik motif angkot ini, juga diwarnai dengan sejumlah model yang memeragakan busana batik motif angkot.

Tidak hanya itu, menariknya, sejumlah pejabat setempat, seperti Wali Kota Bogor, Sekretaris Daerah Kota Bogor, hingga Kapolresta Bogor Kota, ikut berlenggak-lenggok di atas jalur pedestrian mempromosikan kain batik motif angkot ini.

(Baca juga: Angkot Bogor Siap Beroperasi Kembali)

 

Kompas TV Angkot di Bogor Sudah Mulai Beroperasi Lagi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com