Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menonton Barapan Ayam di Sumbawa

Kompas.com - 06/04/2017, 07:02 WIB
Syarifudin

Penulis

SUMBAWA, KOMPAS.com - Selain balap lari, di lokasi start Tambora Challenge di Lapangan Tambak Sari, Kecamatan Poto Tano, Kabupaten Sumbawa Barat, NTB, juga digelar Barapan Ayam alias balap ayam.

Barapan ayam merupakan salah satu tradisi rakyat Kabupaten Sumbawa Barat dan Sumbawa Besar. Tradisi rakyat Taliwang ini digelar untuk menyemarakkan Festival Pesona Tambora 2017.

Menurut anggota Panitia, Kamaruddin, barapan ayam merupakan kebiasaan turun-temurun dari masyarakat di wilayah itu.  Barapan ayam ini hampir sama dengan balapan kerbau, yang juga salah satu tradisi warga Sumbawa.

Tak jauh berbeda dengan barapan kerbau yang dipasangkan noga (kayu penyangga) di atas kepalanya supaya dua kerbau tetap berlari bersama, barapan ayam juga menggunakan sejenis noga yang terbuat dari tali benang untuk membuat kedua ayam lari bareng.

Sementara joki barapan ayam menggunakan lontar sebagai alat penggiring ayam agar sampai ke tujuan.

Baca juga: Lintas Sumbawa 320 Km Kembali Digelar, 27 Pelari Siap Bertarung

"Kegemaran ini adalah perpaduan sepasang ayam dengan keterampilan joki. Kecepatan ayam pun tergantung dari keahlian joki yang mengarahkan ayam agar dapat berlari dengan kencang hingga mencapai saka (garis finish),"kata Kamaruddin di sela-sela kegiatan barapan ayam, Rabu (5/4/2017).

Ia mengatakan, permainan barapan yang menjadi tradisi budaya Taliwang ini biasanya diadakan saat musim menanam padi.

Namun seiring berjalan waktu, kegiatan yang didominasi para kaum adam itu dikembangkan menjadi event mingguan. Selain melestarikan tradisi, barapan ayam saat ini banyak digemari menjadi hobi bagi masyarakat Sumbawa. Mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang tua.

Ia menyebutkan, kegiatan tersebut biasanya dilakukan pada hari Sabtu. Jumlah peserta yang ikut lomba pun mencapai ratusan.

"Biasanya 150 sampai 200 ayam yang ikut barapan. Bahkan lebih dari itu, tergantung skala lombanya,"ujarnya.

Sementara itu, ayam yang diperbolehkan ikut bertanding hanya ayam kampung jantan. Ayam yang dilombakan mempunyai kelas masing-masing dari kelas 1 sampai dengan kelas 6. "Golongan kelas 1 adalah ayam yang paling besar", katanya.

Untuk menjadi pemenang, mereka harus mencatat waktu tercepat. Namun untuk menggiring ayam sampai garis finish bukan perkara mudah. Untuk mengendalikan ayam memerlukan keterampilan joki. Bila joki tidak terampil "memiloti" ayamnya, bukannya garis finish yang dituju, malah kembali ke garis awal.

Dalam perlombaan barapan ayam, setiap sepasang ayam harus melewati daun lontar yang ada di tengah garis finis. Jika sudah melewati daun lontar, maka ayam itu dapat dikatakan berhasil.

Selain itu, di sisi kanan dan kiri arena juga diberi tanda dengan daun lontar. Apabila ayam melewati daun lontar sisi samping dinyatakan gugur.

"Bagi tim yang menang dalam pertandingan diberikan hadiah berupa, kulkas, kompor, TV dan peralatan rumah tangga lainya. Apabila skalanya besar hadiah utama biasanya kambing dan sapi," sebut Kamaruddin.

Baca juga: Tambora Challenge, Para Pelari Tempuh Jarak 320 Km menuju Dompu

Menurut dia, juara barapan bisa melambungkan harga ayam hingga angka jutaan. Ayam barapan sendiri biasanya dijual dengan mulai harga Rp 500.000 per pasang.

Barapan ayam menjadi salah satu upaya untu mengembangkan wisata budaya.  Tradisi ini mengandung pelajaran cinta kepada makhluk hidup. Selain itu juga menjadi ajang silaturahmi antar warga.

"Barapan ayam ini ada sejak zaman dulu. Ini adalah ajang untuk mengikat tali bersaudaraan," pungkas Kamaruddin.

Baca juga: Tradisi Unik Pernikahan Keturunan Bangsawan Bugis dan Mandar

Kompas TV Letusan Gunung Tambora pada 1815 menyisakan kisah hingga kini

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com