Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Suara Longsor Sangat Keras, Dua Kaki Saya Gemetar Tidak Bisa Berlari"

Kompas.com - 02/04/2017, 08:46 WIB

PONOROGO, KOMPAS.com - Apa yang ditakutkan warga Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Ponorogo, menjadi kenyataan. Pagi itu, Sabtu (1/4/2017) sekitar pukul 08.00 WIB, tebing setinggi sekitar 200 meter yang berada di selatan permukiman longsor menimpa 21 rumah warga.

Pagi yang hening mendadak ramai dengan jeritan sejumlah warga yang ketakutan mendengar gemuruh material longsor Ponorogo.

"Suaranya sangat keras, seperti suara pesawat," kata Marmi (50), warga Dukuh Tangkil, Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Ponorogo, saat ditemui di lokasi.

Mendengar suara gemuruh itu, Marmi yang saat itu sedang memasak di dapur langsung berlari sambil berteriak mengajak cucu dan suaminya agar segera keluar rumah.

"Saya langsung keluar rumah, sambil berteriak-teriak. Api kayu bakar belum sempat saya matikan," katanya.

Begitu keluar dari rumah, dia melihat sejumlah tetangganya juga ikut berlari ketakutan keluar dari rumah.

Rupanya, tebing di belakang rumahnya longsor dan menimbun sejumlah rumah warga. Rumah Marmi yang berada sekitar 100 meter dari lokasi tidak terkena longsoran lantaran berada di tempat yang lebih tinggi.

Tetangga Marmi, Pairah (56), menuturkan sedang mencari sayuran sekitar 100 meter dari lokasi longsoran.

"Suaranya sangat keras. Dua kaki saya gemetar, tidak bisa berlari," katanya.

Meski tak jauh dari lokasi, namun Pairah mengaku tidak menyaksikan saat tebing longsor karena pandangannya terhalang sejumlah pohon dan rumah.

Duka pun dirasakan warga bernama Sumanto (38). Dia kehilangan kakaknya bernama Tolu (56) dan istrinya Sotun (55).

Sumanto mengatakan, saat kejadian, Sumanto tidak berada di lokasi. Saat itu, dia sedang belanja di Pasar Pulung dan mendapat telpon dari kerabatnya.

"Saya dapat telepon, katanya kakak saya tertimbun longsor di kebun," ungkapnya.

Dia kemudian bergegas pulang. Setibanya di lokasi, dia melihat kebun jahe tempat biasa kakaknya berkebun sudah tidak tampak. Yang kelihatan, hanyalah timbunan tanah longsor.

Sumanto mengatakan, sehari sebelum kejadian, kakaknya sempat mengucapkan keinginannya untuk memanen jahe padahal belum waktunya dipanen.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com