Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Semua Tuhan yang Mengatur, Kami Hanya Berdoa Saja..."

Kompas.com - 01/04/2017, 21:49 WIB
Slamet Priyatin

Penulis

KENDAL,KOMPAS.com - Sunoto (54), terlihat santai di atas pedal becaknya. Napasnya belum sempurna, karena ia baru saja selesai mengantar penumpang.

Pendapatannya sebagai tukang becak tidak menentu. Kadang Rp 15.000, kadang Rp 25.000.

Pria yang tinggal di Kampung Kandangan Timur RT 02/VII Kaliwungu Kendal Jawa Tengah ini, sudah mempunyai dua orang anak. Salah satu anaknya mengalami keterbelakangan mental. Sementara sang istri sedang mengandung anak ketiga.

“Anak perempuan saya yang paling besar, usianya 22 tahun. Tapi dia tidak selayaknya remaja seusianya,” kata Sunoto, Sabtu (1/4/2017).

Baca juga: Di Warung Ini, Tukang Becak dan Pasukan Kuning Makan Gratis Tiap Jumat

Sunoto yang berprofesi sebagai tukang becak sejak usia remaja tersebut, menceritakan kalau sejak lahir anak sulungnya itu normal. Namun memasuki usia 2,5 tahun, badannya sering panas dan kejang-kejang.

“Saya periksakan ke puskesmas, karena kalau ke rumah sakit, saya tidak punya uang. Tapi hasilnya seperti ini. Barangkali ini ujian kami dari Tuhan,” ujarnya.

Bapak yang mempunyai hobi memancing ini, kini sedang menunggu kelahiran anak ketiganya. Ia berharap, semua bisa lancar. “Lelaki atau perempuan, sama saja. Yang penting istri dan anak saya selamat, “ ucapnya.

Bersyukur

Di rumah berukuran sekitar 3 x 6 meter, istri Sunoto, Puniah (44), pagi itu, terlihat sibuk membersihkan rumah kayu yang sudah miring. Wanita berpenampilan sangat sederhana tersebut, langsung mempersilakan Kompas.com yang datang bersama Camat Kaliwungu Dwi.

“Mari, pak. Tapi tidak ada tempat duduk. Di luar saja, ya,” kata Puniah.

Dia mengatakan, suaminya belum pulang dari kerja. Biasanya, lelaki yang mau memberinya 3 anak itu, pulang ke rumah sekitar jam 11 siang.

“Bapak pulang istirahat sekitar jam 11 siang. Makan, shalat lalu tidur. Berangkat lagi, agak sorean, biar tidak kepanasan, “ ujarnya.

Menurut Puniah, ia lebih sering di rumah menjaga anak-anak. Terutama sekali yang paling besar bernama Suryati. Sebab mempunyai keterbelakangan mental. Anak tersebut, menurut Puniah, tidak bisa bicara. Ia hanya tersenyum, marah, dan menangis.

“Pernah Suryati pergi bermain , tapi tidak pulang. Kami kebingungan mencarinya ,” sebutnya.

Puniah mengatakan, meskipun mempunyai anak yang berkebutuhan khusus, dirinya tetap bersyukur. Sebab masih diberi kesehatan.

Ia pun berharap kelak juga bisa melahirkan bayinya dengan lancar tanpa halangan sesuatu. “Saya semeleh (pasrah ). Bapak pulang bawa duit sedikit alhamdulillah, banyak juga alhamdulillah. Semua Tuhan yang mengatur. Kami hanya berdoa saja, “ ucapnya.

Puniah mengaku, anak keduanya sudah duduk di kelas dua SMP. Sebagai warga yang berada di bawah garis kemiskinan,  mereka sekeluarga mendapat jaminan kesehatan nasional. Sehingga kalau sakit, bisa berobat gratis. 

Baca juga: Tukang Becak Ini Secara Sukarela Perbaiki Jalan Berlubang Selama 19 Tahun

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com