Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hanya Ada 3 Kelas, Murid SD di Cirebon Harus Belajar di Lantai Mushala

Kompas.com - 25/03/2017, 16:44 WIB
Muhamad Syahri Romdhon

Penulis

CIREBON, KOMPAS.com – Puluhan siswa-siswi Sekolah Dasar Negeri (SDN) 2 Suranggala belajar di dalam Mushala Assalam Desa Suranenggala, Kecamatan Kapetakan, Kabupaten Cirebon Sabtu (25/3/2017). Hal itu karena ruangan di SD tersebut hanya ada 3 kelas.

Tempat ibadah seluas sekitar 10 x 10 meter ini diisi oleh dua kelas berbeda hanya dengan selembar triplek sebagai pemisah. Kelas IV yang berjumlah 19 siswa belajar di bagian sisi timur, sementara kelas III dengan jumlah 29 siswa belajar di sisi barat. Terdengar suara siswa yang saling sahut menyahut.

Mereka belajar dengan fasilitas seadanya. Tidak ada bangku, meja, dan juga papan tulis yang memadai. Sehingga siswa pun tidak nyaman dan tidak dapat berkonsentrasi untuk belajar.

Adhiyat, siswa kelas 4 SDN 2 Suranenggala mengaku tidak nyaman sejak belajar di mushala. Dia berharap dapat kembali belajar di kelas.

“Enggak enak, enggak ada bangkunya, enggak ada mejanya, papan tulisnya kecil. Enggak nyaman dan berisik. Pengennya belajar lagi di kelas,” kata Adhiyat.

Siswa belajar lesehan di lantai tanpa tikar. Saat menulis, mereka harus meletakkan bukunya di lantai dan membungkukkan punggungnya.

Di sisi lain, mereka juga harus mendongakkan kepalanya karena papan berada di bagian atas dan ukurannya kecil.

Kondisi itu dialami dua kelas; kelas IV dan kelas III sejak dua tahun lalu.

Sementara itu Nurati wali kelas III SDN 2 Suranenggala menyebutkan, pihak sekolah sudah mengajukan ke Dinas Pendidikan namun tidak juga ada respons.

“Saya kasihan sama murid belajar. Setiap ganti kepala sekolah minta bangunan. Sampai sekarang belum direalisasi. Ganti kepala sekolah, ganti kepala sekolah, tetap saja,” ucap Nurati.

Nurati yang sudah mengajar sejak 1999 atau sekitar 18 tahun, mengaku tidak mengetahui harus berbuat apa lagi. Pasalnya, tidak hanya mengadu pada Dinas Pendidikan, dia juga berulang kali langsung melaporkan kondisi sekolahnya pada temannya, yang sekarang menjadi Wakil Bupati  Cirebon, Tasya Soemadi.

“Saya sudah omongin, Bapak Wakil Bupati ini almamater bapak tolong ini SD2 Suranggala minta diperhatikan. Sejak 18 tahun saya ngajar di sini belum ada penambahan,” ungkap guru berusia 52 tahun itu.

Selama itu, Nurati megungkapkan permohonannya pada Tasya yang sebelumnya Ketua DPRD Kabupaten Cirebon itu. Namun hingga kini tidak kunjung ada respons untuk memperbaiki almamaternya tersebut.

Dia menilai pemerintah seakan tidak peduli dengan kondisi siswa-siswi yang belajar bertahun-tahun di mushala.

SDN 2 Suranenggala yang merupakan bangunan Belanda, hanya memiliki empat ruangan untuk belajar dan ruang guru.

Sejak jaman dahulu sampai sekarang, kata Nurasi, bangunannya pun belum ada perubaham masih jaman belanda. SDN 2 Suranenggala hanya memiliki tiga kelas.

Baca juga: Sekolah Beratapkan Daun dan Berlantai Kerikil, Anak-anak Ini Tetap Semangat Belajar

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com