Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mandi Abalisi, Asa Perempuan Dayak agar Tak Ada Lagi Ibu Melahirkan yang Meninggal

Kompas.com - 12/03/2017, 09:15 WIB
Sukoco

Penulis

NUNUKAN, KOMPAS.com – Sabtu pagi, hampir seluruh perempuan Dayak Agabag di Kecamatan Lumbis Ogong Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara menuju ke sungai untuk mandi.

Kali ini bukan rutinitas mandi pagi seperti biasanya. Pagi ini, seluruh perempuan Dayak Agabag melaksanakan mandi Abalisi.

Sekjen Pemuda Penjaga Perbatasan Muriono mengatakan, mandi Abalisi merupakan tradisi dari nenak moyang mereka untuk membersihkan diri agar terhindar dari marabahaya.

“Abalisi itu bahasa Dayak Agabag yang artinya terhindar dari marabahaya. Ini tradisi bagi seluruh perempuan Dayak Agabag untuk mandi membersihkan diri di sungai dengan tujuan agar terhindar dari sial,” ujarnya, Sabtu (11/3/2017).

Untuk menandai tradisi mandi Abalisi, seluruh perempuan Dayak Agabag akan menyunggi daun talas di atas kepala mereka ketika menuju sungai. Ini merupakan salah satu syarat untuk melaksanakan mandi Abalisi.

Mandi Abalisi merupakan tradisi perempuan Dayak Agabag untuk menghormati perempuan yang meninggal karena melahirkan.

“Kemarin ada salah satu warga kami yang meninggal saat melahirkan. Makanya perempuan Dayak Agabag pagi ini melaksanakan tradisi mandi Abalisi,” imbuh Muriono.

Maksud dari Mandi Abalisi, lanjut Muriono, juga merupakan kesadaran dari perempuan Dayak Agabag agar terhindar dari kematian saat melahirkan. Dengan ritual mandi Abalisi, perempuan Dayak Agabag berharap tidak ada lagi seorang ibu yang harus kehilangan nyawa saat melahirkan.

”Artinya kesadaran perempuan Dayak Agabag sangat tinggi untuk ibu yang melahirkan terhindar dari kematian,” ucap Muriono.

Kematian ibu melahirkan

Angka kematian ibu melahirkan di suku Dayak Agabag Masih Tinggi. Sayangnya, masih minimnya infrastruktur kesehatan di wilayah perbatasan membuat angka kematian di Kecamatan Lumbis Ogong masih tinggi.

Untuk beberapa kasus melahirkan yang butuh penanganan medis seperti operasi caesar, warga Lumbis Ogong harus menempuh jarak ratusan kilometer menuju puskesmas m maupun rumah sakit di kabupaten tetangga, Kabupaten Malinau. Pasalnya, Rumah Sakit Umum Kabupaten Nunukan letaknya lebih jauh lagi dari Kecamatan Lumbis Ogong.

“Kalau ke Malinau jaraknya 4 jam dengan biaya transport Rp 1 juta. Kalau ke Nunukan butuh waktu hingga 15 jam dengan biaya transportasi Rp 10 jutaan,” kata Muriono.

Jalan menuju puskesmas maupun ke rumah sakit juga bukan jalan yang mudah dilalui karena infrastruktur jalan yang juga minim di wilayah perbatasan. Jika perempuan yang akan melahirkan berasal dari desa di pedalaman yang harus menempuh jalur sungai dulu sebelum mencapai kecamatan, maka biaya trasnportasi dan waktu yang dibutuhkan menuju rumah sakit terdekat juga akan lebih besar lagi.

“Meski sudah ada jalan trans Kalimantan, tapi kondisinay rusak parah,” kata Muriono.

Bagi perempuan yang meninggal saat melahirkan, warga Dayak Agabag juga memberi perlakuan khusus. Mereka biasanya mengganti nama perempuan yang meninggal saat melahirkan tersebut dengan nama natalan. Dalam bahasa Dayak Agabag, nama natalan artinya melahirkan dengan bertaruh nyawa.

Dia bercerita, pada hari Jumat (10/3/2017), Natalan, warga Desa Sebuku, terpaksa dilarikan ke Rumah Sakit Umum Kabupaten Malinau karena kesulitan melahirkan. Bayi yang dikandungnya sungsang sehingga membutuhkan penanganan medis secepatnya.

Meski sempat mendapatkan penanganan operasi caesar, nyawa Natalan tidak tertolong. Lamanya perjalanan dari Sebuku menuju Rumah Sakit Umum Kabupaten Malinau membuatnya kehabisan tenaga. Namun, sang jabang bayi lahir dengan selamat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com