Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aktivis Kecam Sesi Foto "Selfie" Bersama Satwa di Kebun Binatang

Kompas.com - 11/03/2017, 19:13 WIB
Firmansyah

Penulis

TANGERANG, KOMPAS.com - Direktur Program Kesejahteraan Hewan Animal Asia Foundation David Neale mengecam adanya hiburan berfoto bersama satwa di kebun binatang.

Hal itu ia sampaikan dalam workshop yang digelar Yayasan Scorpion di Tangerang, Banten, Sabtu (11/3/2017).

David memaparkan bahwa sebagian besar kebun binantang tiga negara Asia, yakni China, Vietnam, dan Indonesia, masih dikelola dengan sembarangan. Hal itu berdampak buruk bagi kesejahteraan satwa.

"Kami menemukan satwa yang terisolasi secara fisik dan psikologis. Misalnya, ada anak satwa harus dipisah dengan induknya, ini sangat berpengaruh pada psikologis satwa," ujar David

Ia mengatakan, sebagian besar pengelola kebun binatang hanya berorientasi pada pendapatan kebun binatang tanpa mempertimbangkan aspek kesejahteraan hewan.

Ia menyebutkan bahwa ada pengelola yang sengaja membuat pertunjukan satwa dengan cara membuat lapar satwa sirkus.

Hal itu dilakukan agar satwa mengikuti apa yang diperintahkan oleh pawang atau pemandu dengan imbalan makanan.

Ia juga menyebutkan adanya kebun binatang di Bandung yang memberikan pakan hewan tidak sesuai dengan kebiasaan, misalnya beruang diberi roti.

Pemberian makanan hewan bercampur dengan kotoran juga berdampak buruk pada kesehatan satwa akan terjangkit penyakit yang bersumber dari bakteri.

(Baca juga Beruang Kelaparan Mengemis, Kebun Binatang Bandung Kembali Disorot)

Menurut David, di Vietnam dan China ada jerapah yang mati karena memakan plastik. Di China, ada simpanse yang digunakan untuk pertunjukan selama delapan jam per hari tanpa diberi air minum.

Kesesuaian antara temperatur layak habitat satwa dan kebun binatang juga menjadi perhatian serius.

Animals Asia juga mengkritik padatnya jumlah satwa mengakibatkan perkelahian yang berujung pada luka dan cacatnya satwa.

Perhatian serius juga ditujukan pada temuan perkawinan yang dilakukan secara serampangan terhadap singa maupun harimau yang mengakibatkan lahirnya keturunan yang tak sempurna.

"Kami juga menemukan perkawinan inses harimau, akibatnya keturunan yang dihasilkan tidak sempurna dan cacat. Ini harusnya menjadi perhatian serius," kata dia.

Organisasi pencinta satwa ini meminta masyarakat umum dan pengelola kebun binatang menghentikan foto bersama ataupun selfie dengan satwa liar.

"Ada sesi foto bersama antara pengunjung bahkan anak-anak dengan harimau dewasa, ini kegiatan gila dan harus dihentikan," ujarnya.

Ia menegaskan bahwa manajemen kebun binatang harus memenuhi kebutuhan satwa dari segala aspek agar kesejahteraan satwa di kebun binatang terpenuhi. Kepaada masyarakat umum, ia berharap jangan melihat satwa sebagai obyek hiburan belaka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com