Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Wahab, Pria Tak Lulus SMP yang Menjadi Pemuda Inspirasi

Kompas.com - 06/03/2017, 06:01 WIB
Slamet Priyatin

Penulis

KENDAL, KOMPAS.com - Abdul Wahab (28), belum pernah menikmati bangku SMA. Apalagi bangku kuliah. Lelaki kelahiran Tegal, yang kini tinggal di Jl. Tumaritis 27 Harjomukti Cimanggis Depok ini, hanya sempat belajar hingga Kelas 3 SMP.

Wahab mempunyai media online, santrionline.net. Selain itu juga, pemuda ini mempunyai usaha jual beli kaos dan buku.

“Pembaca santrionline.net, setiap harinya lebih dari 1.000 orang. Sedang follower-nya ada 130.000,” kata Wahab, Minggu (5/3/2017).

Keuntungan dari bisnis onlinenya itu, menurut pengakuan Wahab, untuk memberi beasiswa anak-anak yang secara ekonomi belum beruntung. “Saya merasakan rasanya jadi anak dari orang tua yang tidak mampu. Saya ingin membantu mereka,” ujarnya.

Tahun 2016 kemarin, Wahab, pernah mendapat penghargaan dari Menteri Pemuda dan Olahraga sebagai Pemuda Inspiratif, dan penghargaan dari KNPI, sebagai Pelopor Pemuda Penggerak Perdamaian.

Lelaki yang baru saja menikah tersebut, sering dipercaya menjadi pembicara sebuah seminar di depan para sarjana yang menjadi peserta. Seperti yang ia lakukan di Kendal sekarang ini.

“Awalnya saya grogi, tapi akhirnya jadi percaya diri, “ kata Wahab.

Lelaki berkulit bersih itu memceritakan, dirinya tidak lulus SMP, lalu ia dikirim ke  pondok oleh orang tuanya. Wahab mengaku, sangat beruntung mempunyai kedua orang tua yang bisa memotivasi anaknya.

“Saya dimotivasi dan diberi semangat oleh bapak dan ibu. Mereka mengatakan, orang sukses tidak hanya mereka yang sekolah tinggi,” ujarnya.

Di salah satu pondok yang ada di Tegal, tempat ia menimba ilmu agama, Wahab, juga belajar internet. Setelah menguasai , ia mencoba memanfaatkan dunia maya untuk syiar agama.

“Keluar dari pondok, saya terus mendalami ilmu internet. Hingga akhirnya saya mendapat kesempatan dari Lembaga Dakwah NU, untuk syiar agama,” ujarnya.

Di Papua, Wahab, tinggal di rumah seseorang yang beragama Katolik, bernama Antonius Rahael. Menurut anak ke 7 dari 9 bersaudara tersebut, Antonius Rahael, adalah orang yang sangat baik. Ia sangat menghormati demokrasi. Sebab Rahael tidak pernah mempersoalkan dirinya yang menyebarkan agama Islam, dan membuat pondok pesantren di situ.

“Anaknya Antonius Rahael, ada yang beragama Islam, dan menjadi santri saya, “ sebutnya.

Wahab menjelaskan, selama 3 tahun dirinya hidup di Papua, mulai tahun 2013 hinqgga 2016, sangat menyenangkan. Masyarakatnya bisa saling menghargai dan mau menjaga kebersamaan.

Oleh sebab itu, dirinya juga tidak canggung ketika harus menolong anjing yang sakit, dengan cara mengelus-elus tubuh si anjing itu, sambil memberinya makan.

“Anjing itu, punya hak yang sama dengan binatang lain. Perlu disayang. Ia juga ciptaan Tuhan, seperti halnya manusia. Tidak ada salahnya kita menyayanginya,” tambahnya.

Pengsuh pondok pesantren Al Fadlu Wal Fadhilah Kaliwungu Kendal , Alamuddin Dimyati Rois, mengatakan bahwa Abdul Wahab, bisa dijadikan inspirasi bagi pemuda NU. Sebab karena kegigihannya, ia bisa memanfaatkan media online, untuk syiar agama, sekaligus berdagang.

“Dia harus dicontoh,” kata Alamuddin, yang juga anggota DPR RI tersebut .

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com