Brandzview

Kitab Kuning Masuk Kurikulum Sekolah Negeri di Purwakarta, Kenapa?

Kompas.com - 01/03/2017, 21:38 WIB


PURWAKARTA, KOMPAS.com
– Pelajaran terkait kitab kuning—salah satu sumber pengajaran di pesantren—kini masuk kurikulum lokal di Kabupaten Purwakarta. Perubahan paradigma pemikiran jadi tujuan.

Bagi murid non-Muslim, kurikulum yang sama memasukkan juga pengajaran khusus mengenai kitab sesuai keyakinan tersebut. Namun, Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, memberikan catatan khusus soal pengajaran kitab kuning di sekolah negeri—mulai jenjang SD sampai SMA—ini.

Dia memastikan, kebijakan itu bukan tanpa alasan. "Kitab kuning memiliki konsepsi membuka cakrawala yang memberikan ruang bagi pengembangan pengetahuan," kata Dedi, saat meluncurkan kebijakan itu, Kamis (23/2/2017).

Menurut dia, isi kitab ini pun banyak memuat pemikiran para fillsuf pada zamannya yang kemudian menjadi dasar pengetahuan modern.

“Hampir seluruh pemikiran mereka menjadi dasar pengetahuan modern. Mulai dari Ibnu Rusyd, Ibnu Sina, Ibnu Khaldun, Al-Farabi, dan masih banyak lagi,” imbuh Dedi.

Dedi pun mengaku sengaja mengambil langkah ini untuk mengubah pemikiran tentang Islam yang saat ini berkembang. Menurut Dedi, sekarang Islam terlalu diidentikkan dengan partai, negara, dan sistem hukum.

Bicara hukum, misalnya, yang diingat orang kerap sebatas hukum cambuk dan sanksi dalam hukum Islam. “Interpretasi orang menjadi tidak lagi (Islam) memiliki nuansa rahmatan lil alamin,” ujar Dedi.

Demi pencarian kebenaran objektif

Dedi pun berharap masuknya kitab kuning ke dalam kurikulum ini bisa berkaca lagi pada sejarah para filsuf itu. Pembelajaran kitab kuning di sekolah, lanjut dia, diharapkan membawa dampak besar bagi perkembangan khasanah penelitian dalam dunia akademik.

“Khasanah penelitian itu berangkat dari kerangka dasar tentang menuju kebenaran objektif," tegas Dedi.

Menurut Dedi, kebenaran seperti itu dalam Islam sudah diajarkan sebagai kalimat tauhid la ilaha illallah. "Itu kalimat peniadaan menuju kesempurnaan. Meniadakan hal-hal kecil,” ujar dia.

Artinya, lanjut Dedi, penemuan sekarang ataupun nanti diharapkan terus berkembang menuju kebenaran objektif itu.

Dia percaya, konsepsi ini jika terus dikembangkan akan membuka kembali paradigma bahwa Islam menginspirasi berkembangnya penelitian serta konsep berpikir dinamis.

“Ini akan terus melahirkan kerangka pemikiran objektif. Inilah kerangka dasar yang dbangun dalam upaya mewujudkan khasanah dalam berpikir masyarakat Purwakarta yang dimulai dengan mindset berpikir para pelajar,” terangnya.

Baginya, kitab kuning bisa membangun peradaban, yang itu dimulai dari pengetahuan. Pada akhirnya, ujar Dedi, kebangkitan bukan lagi lahir dari politik melainkan perkembangan khasanah pengetahuan masyarakat.

“Itu dimulai dari tradisi berpikir. Tradisi inilah yang akan dikembangkan di Purwakarta. Anak yang secara intelektual memiliki kapasitas yang cukup, mulai dari membuka buku-buku pengetahuan dalam kitab kuning,” tuturnya.

(RENI SUSANTI)

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com