Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Komunitas Ini Anggotanya Pernah Berada di Antara Garis Hidup dan Mati

Kompas.com - 15/02/2017, 10:40 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis

UNGARAN, KOMPAS.com - Ini adalah kisah tentang sebuah komunitas yang tak pernah diinginkan. Seluruh anggotanya adalah orang yang pernah berada di antara garis hidup dan mati. Namanya Komunitas Korban Kecelakaan Lalu Lintas.

"Kalau komunitas lainnya berlomba-lomba menambah anggotanya, saya minta komunitas ini jangan berdoa anggotanya bertambah," kata Bupati Semarang Mundjirin saat mengukuhkan Komunitas Korban Kecelakaan Lalu Lintas ini di pendopo rumah dinas Bupati Semarang di Ungaran, Selasa (15/2/2017) siang.

Menandai pengukuhan komunitas ini, Satuan Lalulintas Polres Semarang memberikan alat bantu bagi para difabel korban kecelakaan lalulintas, berupa kursi roda maupun kruk. Bantuan ini adalah wujud kepedulian pihak kepolisian dalam membantu para korban lalulintas agar lebih bersemangat dalam menjalani kehidupan dan menyongsong masa depan yang lebih baik.

Kapolres Semarang, AKBP Vincentius Thirdy Hadmiarso mengatakan, angka kecelakaan lalu lintas di wilayah hukum Polres Semarang selama 2016 mencapai 550 kasus. Kondisi ini sangat memprihatinkan.

"Angka kecelakaan lalu lintas ini telah merenggut 159 korban jiwa," kata Thirdy.

Selain itu, angka kecelakaan lalu lintas ini juga mengakibatkan empat orang mengalami luka berat dan 532 orang mengalami luka ringan. Sedangkan kerugian materi yang ditimbulkan mencapai Rp 399.5 juta.

Yang lebih memprihatinkan, para korban kecelakaan lalu lintas ini yang mengalami cacat permanen merupakan kelompok usia produktif. Mereka harus menghadapi kehidupan yang cukup sulit akibat keterbatasan fisik ini. Hal inilah yang melatarbelakangi dibentuknya komunitas ini.

"Harapannya bisa mengurangi angka kecelakaan lalu lintas, melalui edukasi yang mereka berikan kepada masyarakat atau pengguna jalan khususnya di kalangan pelajar," ujarnya.

Menurut Thirdy, pembentukan komunitas ini sejalan dengan Undang Undang Nomor 22 Tahun 2019 tentang Lalu lintas Jalan yang mengamanatkan perlunya program pencegahan kecelakaan berlalu lintas.

"Komunitas ini juga dibentuk agar bisa menjadi sarana silaturahim maupun wujud kepedulian sesama korban kecelakaan lalu lintas maupun kepolisian serta stakeholder yang berkepentingan lainnya," jelasnya.

Salah seorang korban kecelakaan lalu lintas, Aris Dwi Wibowo mewakili para korban lainnya mengapresiasi pembentukan komunitas ini untuk saling menguatkan para anggotanya.

Ia berkisah, 15 tahun lalu dirinya mengalami kecelakaan lalu lintas yang merenggut kaki kanan dan melemahkan syaraf tangan kanannya. Awalnya ia tidak bisa menerima kondisi ini, namun akhirnya ia bisa menerima musibah ini sebagai kehendak Yang Maha Kuasa.

"Hidup harus terus berjalan dan harus tetap semangat," kata Aris.

Dalam kesempatan sama, Prehati (40), warga Langensari Barat RT 03 RW 06, Ungaran Barat juga mengapresiasi pembentukan komunitas ini. Melalui komunitas ini dirinya siap berpartisipasi dalam menyosialisasikan keselematan lalu lintas.

Prehati yang menerima bantuan kursi roda ini berharap kepada para pengguna jalan, khususnya di kalangan pelajar agar selalu hati-hati saat berkendara. Sebab, kecelakaan tak bisa diprediksi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com