Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siswa SD di Demak Tetap Upacara meski Celana dan Rok Basah Kena Banjir

Kompas.com - 14/02/2017, 08:15 WIB

DEMAK, KOMPAS.com - Dalam kondisi banjir, murid-murid SD Negeri Sayung 1, Demak, Jawa Tengah, tetap melaksanakan upacara bendera, Senin (13/2/2017). Suara riak-riak air terdengar beriringan ketika tim pengibar bendera menjalankan tugasnya.

Genangan air di halaman sekolah itu tidak menghalangi semangat para pelajar untuk mengikuti upacara. Para petugas upacara tetap menjalankan tugasnya.

Adapun peserta tetap berbaris dan hormat pada bendara meski rok dan celana mereka basah karena genangan air setinggi 30 cm.

"Susah melangkah menuju tiang bendera karena banjir, jadi agak terganggu ngibarinnya," kata pengibar bendera, Melinda Oktaviana, seperti dikutip Tribun Jateng, Selasa (14/2/2017).

Menurut Melinda, permukaan tanah yang tidak rata dan berkerikil tertutup genangan sehingga ia harus berhati-hati agar tidak terasa sakit atau jatuh.

"Kalau jalan biasa walaupun pas banjir kan enggak harus serempak, susah sih tapi senang bisa upacara lagi soalnya sudah lama enggak upacara," kata dia.

Kepala SDN Sayung 1 Ning Swarti mengatakan, banjir sudah melanda sekolah itu sejak dua minggu lalu. Sudah dua kali muridnya tidak menjalankan upacara bendera pada Senin pagi. Ia khawatir, jika upacara terus dibatalkan, rasa cinta muridnya akan Tanah Air akan luntur.

"Ini mumpung sedikit surut, kami coba gelar upacara. Setiap sekolah kan memang diwajibkan upacara Senin pagi, sekaligus menanamkan rasa cinta Tanah Air meski dalam kondisi banjir," kata Ning.

Ia menyebutkan, pada hari-hari sebelumnya, banjir mencapai pinggul orang dewasa sehingga upacara tidak bisa diselenggarakan. Bukan hanya tinggi, bahkan saat pagi hari hujan, banyak murid yang terpaksa tak masuk.

Sekolah yang terletak di tepi Sungai Dombo itu memiliki 262 murid. Para murid terbagi dalam sembilan rombongan belajar (rombel). Mereka sejatinya memiliki sebelas ruangan, sembilan di antaranya untuk ruang kelas tiap rombel. Namun, enam ruangan terendam banjir sehingga tidak bisa digunakan.

Ning sudah mengajukan proposal untuk merombak sekolah agar lebih tinggi sehingga tidak terdampak banjir. Meski demikian dana yang diharapkan belum kunjung turun.

"Saya sudah ajukan proposal sejak 2016, saat ini belum turun. Harapannya segeralah karena banjirnya sudah terlalu sering. Itu lapangan padahal habis saya tinggikan 40 cm, masih juga kena banjir setinggi itu," katanya.

Ia sempat putus asa karena merasa berlomba dengan alam. Tanah terus diuru, tetapi banjir semakin tinggi. Bangunan kembali dicat, tetapi selalu terkelupas karena lembab saat tergenang.

"Itu nguruk dana sukarela dari orangtua murid. Saya sudah telepon lagi ke dinas Januari lalu, katanya akan diberikan DAK terlebih dahulu. Sampai sekarang belum turun," kata dia.

Ia mencontohkan dari lima ruang kelas yang ditinggikan, empat di antaranya menggunakan sumbangan dana dari pemerintah pusat. Satu ruang menggunakan Dana Alokasi Khusus (DAK) pemerintah daerah.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com