Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kampung Peunayong, Keberagaman dan Kerukunan ala Aceh

Kompas.com - 27/01/2017, 19:00 WIB
Adrian Fajriansyah

Penulis

KOMPAS - Di kedai kopi di depan Masjid Babul Zamzam, Kampung Peunayong, Kecamatan Kuta Alam, Banda Aceh, Aceh, Kho Khie Siong (53), Manto Sitorus (43), dan Aduen (40) asyik menyeruput kopi sambil berdiskusi sejumlah topik.

Mereka membahas biaya membuat kandang ayam hingga pemilihan kepala daerah. Meski mereka bertiga berbeda etnis dan agama, itu tak membuat persahabatan Kho Khie Siong yang biasa disapa Aky dengan rekan-rekannya yang berbeda agama dan etnis luntur.

Aky adalah warga Banda Aceh keturunan Tionghoa, beragama Buddha, sekaligus Ketua Yayasan Hakka Aceh, lembaga perkumpulan warga Tionghoa keturunan Hakka di Aceh.

Sahabatnya, Manto Sitorus, adalah warga Banda Aceh keturunan Tapanuli, Sumatera Utara, yang bekerja sebagai penarik becak dan pemeluk Kristen. Adapun Aduen warga asli Banda Aceh, pedagang dan pemeluk agama Islam.

Menariknya, meski dari segi etnis dan agama berbeda, ternyata mereka telah menjalin persahabatan selama 23 tahun. "Hampir setiap minggu kami bertemu di warung kopi yang sama," ujar Aky.

Natural

Persahabatan itu terjalin secara natural. Di warung mi ayam di pinggiran jalan Kampung Peunayong terjadi perbincangan akrab antara Achin atau Nie Tjen (49) dan Mahdi (45). Hubungan itu terjalin sejak keluarga Achin membuka warung mi ayam pada 1982. Mahdi dan keluarganya sering menyantap mi ayam di sana.

Nuansa keberagaman begitu kental. Peunayong-kampung di pusat Banda Aceh-meski kawasan pecinan, tempat ini tidak menjadi hunian eksklusif etnis Tionghoa. Tidak sedikit warga asli Aceh tinggal di sana.

Bahkan, masjid, wihara, dan gereja berdiri saling berdekatan. "Perbedaan itu kenyataan, yang penting bisa saling menghormati," kata Iwan (45), warga asli Banda Aceh, yang sedang membeli tahu buatan warga keturunan.

Bukan baru-baru ini Peunayong menjadi tempat membaur antara penduduk keturunan Tionghoa, warga keturunan luar Aceh, dan warga asli Aceh. Tokoh Tionghoa sekaligus Ketua Yayasan Wihara Dharma Bakti, Banda Aceh, Yuswar atau Yong Yin Sin (66), mengatakan, harmonisasi kehidupan di sini sudah terajut lama.

Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com