Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pupus Sudah Cita-cita Asyam Kuliah di Oxford

Kompas.com - 26/01/2017, 16:38 WIB

KOMPAS.com - Tiga medali emas olimpiade kimia tingkat SMA masih tergantung di dinding kamar tidur Syaits Asyam, Rabu (25/1/2017) siang.

Di samping medali-medali itu, terdapat tempelan kertas berisi daftar cita-cita sang pemilik kamar, termasuk keinginan kuliah S-2 di Universitas Oxford, Inggris. Sayang, cita-cita itu tak mungkin lagi terwujud.

Sabtu (21/1/2017) pukul 14.45, Asyam mengembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit (RS) Bethesda, Yogyakarta. Menurut Kepala Bagian Humas dan Marketing RS Bethesda Nur Sukawati, Asyam meninggal karena pneumonia atau radang paru-paru dan gagal napas.

Pemeriksaan medis juga menunjukkan lelaki berusia 19 tahun itu mengalami patah tulang di bagian tangan, kaki, punggung, dan pantat. ”Pasien itu (Asyam) datang ke rumah sakit pada Sabtu pukul 05.46 dalam keadaan sesak napas dan kesulitan bicara,” ungkap Nur.

Asyam meninggal setelah mengikuti kegiatan pendidikan dasar (diksar) organisasi pencinta alam Universitas Islam Indonesia (UII), Yogyakarta. Mahasiswa Teknik Industri UII angkatan 2015 itu mengikuti diksar bertajuk ”The Great Camping” yang diselenggarakan Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala) Unisi, organisasi pencinta alam di UII.

Acara tahunan itu dilaksanakan pada 13-20 Januari 2017 di lereng selatan Gunung Lawu, Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, dengan jumlah peserta 37 orang. Sesudah mengikuti acara itu, tiga mahasiswa UII peserta pendidikan dasar meninggal dunia. Selain Asyam, mereka yang meninggal adalah Muhammad Fadhli (20), mahasiswa Teknik Elektro angkatan 2015, dan Ilham Nurpadmy Listia Adi (20), mahasiswa Fakultas Hukum UII.

Kesedihan yang mendalam

Kepergian Asyam untuk selamanya meninggalkan kepedihan yang mendalam bagi keluarga. Ibunda Asyam, Sri Handayani (46), menuturkan, saat pertama kali melihat kondisi anaknya di ruang perawatan RS Bethesda, ia sangat terkejut. ”Anak saya itu sebelumnya ganteng, tetapi saat itu tubuhnya luka-luka,” ujarnya dengan suara terbata-bata.

Sebelum meninggal, dengan kemampuan bicara yang sudah menurun, Asyam sempat bercerita kepada sang ibu soal penganiayaan yang dialaminya. ”Kata Asyam, punggungnya dipukul pakai rotan 10 kali. Ia juga bilang sempat diinjak,” ujar Sri di rumah duka di Desa Caturharjo, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Sri menyatakan dirinya diminta dokter untuk bertanya kepada Asyam tentang apa yang dialami putranya. Namun, melihat kondisi Asyam yang terus menurun, Sri tidak tega dan lidahnya terasa kelu untuk bertanya. ”Sebelum meninggal, Asyam sempat meminta maaf dan mencium tangan saya. Saya yang mengantar sakaratul mautnya,” kata Sri kembali terbata.

Prestasi membanggakan

Asyam merupakan pemuda yang berprestasi. Saat masih bersekolah di SMA Kesatuan Bangsa, Kabupaten Bantul, DIY, anak tunggal pasangan Abdullah (46) dan Sri Handayani itu meraih medali emas di tiga olimpiade bidang kimia, dua di antaranya merupakan olimpiade level internasional.

Olimpiade yang dijuarai Asyam adalah Indonesian Science Project Olympiad 2014 di Jakarta, International Science Project Olympiad 2014 di Jakarta, dan International Environment Sustainability Project Olympiad Tahun 2014 di Belanda. Karena prestasinya itu, Asyam diundang ke Istana Merdeka, Jakarta, pada peringatan Hari Ulang Tahun Ke-70 Indonesia pada 2015 oleh Presiden Joko Widodo.

”Anak saya tidak hanya membanggakan orangtuanya, tetapi juga negara. Ia menjuarai olimpiade kimia internasional di Belanda,” kata Sri seraya menunjukkan kondisi kamar Asyam.

Dengan prestasi semacam itu, wajar apabila Asyam memiliki cita-cita tinggi untuk kuliah di Universitas Oxford. Dalam kertas yang ditempel di dinding kamarnya, terdapat gambar piramida dengan enam tingkatan. Di tingkat keempat, Asyam menulis cita-cita mendapatkan indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,5 dan nilai Test of English as a Foreign Language (TOEFL) lebih dari 500.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com