Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belajar Baca dan Tulis Bersama Hanoman

Kompas.com - 24/01/2017, 18:38 WIB

KOMPAS.com - Ibu-ibu, ada yang tahu huruf pertama dalam alfabet apa?" tanya Harris Rizki Akhiruddin (34) di hadapan 27 ibu-ibu warga Gang Gundih Rel RT 02 RW 01, Kelurahan Gundih, Kecamatan Bubutan, Surabaya, Jawa Timur.

"A.," jawab sebagian ibu dengan lantang. Sebagian lainnya berusaha menahan tawa melihat sang guru yang mengenakan kostum Hanoman.

Di Balai RT 02, Kamis (19/1/2017), Harris, yang bekerja sebagai guru honorer di SD Negeri Bubutan IV Surabaya, mengajarkan membaca dan menulis kepada 27 ibu-ibu tunaaksara. Wajahnya yang dipoles kosmetik putih agar menyerupai Hanoman tak bisa menyembunyikan keseriusannya untuk turut mencerdaskan para tunaaksara.

Penggunaan kostum Hanoman merupakan salah satu cara bagi Harris menarik minat warga tunaaksara di kawasan itu untuk mau menulis pada secarik kertas serta membaca buku. "Masih banyak warga yang malu mengakui kalau mereka belum bisa membaca atau menulis. Pengajar harus mencari cara kreatif agar para tunaaksara terdorong mengikuti kegiatan belajar mengajar," katanya.

Sejak Maret 2015, Harris beserta 12 relawan lain, yang terdiri atas mahasiswa dan pegawai, mengunjungi berbagai kawasan di Surabaya untuk mengedukasi warga tunaaksara. Kegiatan dilakukan sebulan sekali di kawasan yang masih memiliki warga tunaaksara. Sejauh ini, Harris dan relawan lain telah mengajar di 23 kawasan berbeda.

Sekretaris RT 02 Gang Gundih Rel, Slamet (35), mengatakan, proses belajar mengajar dengan guru mengenakan kostum baru pertama kali dilakukan di daerah itu. Konsep itu mendapat sambutan baik dari pengurus RT karena bisa mengedukasi para tunaaksara dengan cara yang menghibur.

Dari sekitar 1.500 jiwa yang terdaftar di RT 02 RW 01, Kelurahan Gundih, baru 27 orang yang menyatakan tunaaksara. "Kami menduga ada lebih banyak lagi warga yang belum bisa membaca dan menulis," kata Slamet.

Kedatangan Harris ke Gang Gundih Rel mendapat apresiasi dari warga setempat. Salah satunya Satuma (65). Kehadiran guru berkostum Hanoman itu mendorongnya untuk tidak malu mengakui bahwa dia belum bisa membaca. Dengan demikian, wanita yang tidak pernah bersekolah itu berkesempatan melatih kemampuan membaca dan menulis. "Saya berharap bisa memiliki tanda tangan," ujar Satuma.

Selain Satuma, kedatangan Harris juga disambut gembira oleh Warsiti (51). Konsep belajar mengajar yang ditawarkan Harris dianggap mampu meningkatkan semangat warga untuk terus belajar membaca dan menulis. Metode pengajaran oleh Harris juga dilakukan dengan cara mendongeng sehingga warga tidak merasa bosan.

Bagi warga tunaaksara di kawasan itu, yang kebanyakan lanjut usia, tidak ada kata terlambat untuk belajar membaca dan menulis. Tak sekadar untuk memiliki tanda tangan atau bisa membaca plang nama jalan, warga juga memiliki mimpi, ke depannya, mereka bisa turut mengajarkan ilmu yang didapat kepada keluarga terdekatnya. (RYAN RINALDY)


Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 24 Januari 2017, di halaman 24 dengan judul "Belajar Baca dan Tulis Bersama Hanoman".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com