UNGARAN, KOMPAS.com - Sebuah kawasan peternakan di wilayah Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang yang pernah terserang antraks pada tahun 1990 silam, hingga saat ini masih diisolasi dari segala aktivitas.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Semarang, Urip Triyoga mengatakan, sampai sekarang penyuluh pertanian lapangan (PPL) terus melakukan monitoring di lokasi tersebut. Disebutkan oleh Urip, saat itu ada lebih kurang 1.500 ekor sapi yang mati terserang antraks.
Selain disterilkan dari aktivitas, pihaknya juga secara rutin melakukan pengujian terhadap tanah di lokasi tersebut.
"Tidak diperbolehkan ada kegiatan di situ. Kemudian setiap tahun kita uji tanahnya, dan hasilnya sampai saat ini negatif terus," kata Urip, Selasa (24/1/2017) siang.
Urip menjelaskan, tanah yang terindikasi terkena bakteri antraks tidak diperbolehkan untuk digali kembali. Pihaknya mengimbau dengan adanya kabar antraks di Yogyakarta, agar para peternak segera melapor ke PPL apabila ternaknya terindikasi kena penyakit.
"Sampai kini tidak kami rekomendasikan ada aktivitas di sana. Kami juga terus berkomunikasi dengan Dinas Kesehatan sebagai antisipasi kejadian tidak diinginkan," katanya.
Pada tahun 1990, sebuah tempat pengemukan sapi seluas 14 hektar di Desa Patemon, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang diserang penyakit antraks. Sebagian besar ternak mati di dalam kandang yang menampung ribuan ekor sapi.
Sapi yang tewas itu kemudian dikubur di dekat kandang. Hingga saat ini bekas peternakan tersebut dibiarkan mangkrak.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.