Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Stop Sirkus Lumba-lumba

Kompas.com - 20/01/2017, 19:33 WIB
Dani Julius Zebua

Penulis

BALIKPAPAN, KOMPAS.com - Aktivis lingkungan yang tergabung dalam Koalisi Penyelamat Satwa Balikpapan berunjuk rasa menolak pertunjukan sirkus yang menggunakan satwa sebagai bahan pertunjukan sirkus di Balikpapan, Kalimantan Timur.

Penolakan semakin kencang terlebih karena ada satwa dilindungi, yakni lumba-lumba, juga disertakan sebagai bahan tontonan di sana.

“Kami menentang atraksi seperti ini. Setelah kami lakukan unjuk rasa serupa satu minggu lalu, kembali kami suarakan penolakan hari ini,” kata Husein, juru bicara koalisi, Jumat (20/1/2017) siang.

Husein beserta puluhan aktivis lain menggelar spanduk bertulis #StopSirkusLumba. Mereka unjuk rasa di depan kantor DPRD Balikpapan. Mereka menuntut pemerintah tegas membubarkan pertunjukan tersebut.

Sirkus dengan satwa lumba-lumba sebagai penampil utama dijadwalkan berlangsung di halaman parkir Transmart-Carrefour di kawasan perumahan Daun Village di Balikpapan dari 20 Januari-19 Februari 2017.

Sirkus mempertontonkan 2 lumba-lumba dan satwa lain dari Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta.

Lumba-lumba dijadwalkan sebagai penampil utama dalam pertunjukkan itu. Satwa ini bakal beraksi selama 45 menit dalam 5 kali pertunjukan setiap hari.

Husein mengatakan, para pegiat lingkungan tetap menolak alasan apapun, termasuk alasan panitia dan pemerintah yang menilai sirkus semacam ini kental upaya mendidik.

Menurut Husein, mereka menepis anggapan banyak pihak bahwa sirkus dengan lumba-lumba merupakan bagian dari pendidikan atau edukasi.

“Lumba-lumba itu ditangkap dari habitatnya. Ia yang tidak bisa mendengar bising harus ikut pertunjukan lima jadwal sehari. Apa itu disebut edukasi,” katanya.

Husein mengungkapkan, banyak alasan lagi yang menyebabkan aktivis menolak eksploitasi satwa model ini, di antaranya satwa tidak mendapat asupan semestinya, perawatan medis diyakini tidak akan sepenuhnya berjalan baik, kualitas air yang tidak sehat karena tida ada perawatan yang tepat, hingga ruang gerak terbatas karena tidak cukup bagi mereka.

“Lumba-lumba memiliki umur bisa puluhan tahun. Kalau dieksploitasi seperti ini bisa kurang dari 10 tahun saja umurnya,” kata Husein.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com