Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjuangan Arif Merawat Ibunya yang Kanker Otak dan Adiknya yang Polio

Kompas.com - 20/01/2017, 05:40 WIB
Muhlis Al Alawi

Penulis

PONOROGO, KOMPAS.com - Sudah delapan tahun anak yatim ini berjibaku dengan keseharian yang menguji kesabaran dan kegigihan. Setelah ayahnya bernama Subroto meninggal karena kecelakaan lalu lintas, Arif Pujiono (23) harus merawat ibunya yang menderita kanker otak dan adiknya yang mengidap polio.

Bukannya tak mampu secara fisik merawat ibu dan adiknya. Himpitan ekonomi terkadang membuat warga RT 1 RW 2 Dusun Prumbon, Desa Pupus, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo ini ingin menyerah.

"Terkadang rasanya saya lelah sekali. Sebagai anak muda saya ingin keluar rumah bermain seperti teman-teman. Tapi kalau saya keluar siapa yang merawat ibu dan adik saya," kata Arif, Kamis (16/1/2016).

Sebagai tulang punggung keluarga, Arif hanya mengandalkan bekerja sebagai pencari pasir di Desa Pomahan, Kecamatan Pulung. Satu hari, Arif hanya mendapatkan upah Rp 40.000 hingga Rp 50.000. 

Merasa, upah jadi pencari pasir tak cukup, Arif memutar otak. Pria lulusan SMA juga memelihara empat ekor kambing di dekat rumahnya. Setiap pagi dan sore, ia sempatkan ke ladang mencari rumput untuk pakan.

Sakit polio yang menimpa adiknya, Aldi Prasetyo (16) bukan baru saja terjadi. Kondisi iitu sudah terjadi sejak Aldi lahir. Berbagai upaya sudah dilakukan untuk menyembuhkan mulai dibawa ke rumah sakit hingga pengobatan alternatif.

"Dulu sudah dibawa ke rumah sakit dan juga ke pengobatan alternatif, tapi tidak bisa sembuh," kata Arif.

Kini adiknya hanya bisa terbaring lemas di atas kasur. Aldi taki bisa lagi berjalan dan bicara layaknya anak seusianya.

Beruntung, kesehariannya Arif masih dibantu neneknya, Suminem untuk merawat adiknya. Pagi dan sore, Arif memandikan dan mengganti popok adiknya. Sementara neneknya bertugas memasak dan menyuapi adiknya. 

Sebelum ibu kandungnya, Rumiatun (43), mengidap penyakit kanker otak, Arif masih dibantu ibunya untuk menyuapi adiknya. Namun setelah terserang kanker otak, penglihatan ibunya hilang.

Untuk berjalan, ibunya harus berjalan dengan tongkat. Bahkan sampai saat ini, ibunya harus kontrol dan mengambil obat di RS dr Soedono, di Kota Madiun. Ia pun harus menyewa mobil Rp 450.000.

"Pokoknya setiap obatnya habis ya ke sana," kata Arif.

Meski sudah mulai membaik Arif menuturkan, ibunya masih harus menjalani operasi pemasangan tulang tengkorak. Operasi itu baru dilakukan  setelah luka bekas operasi di kepala ibunya sembuh. 

Sementara Rumiatun, ibu kandung Arif mengaku bangga dengan usaha Arif yang bisa menghidup dan merawat dirinya dan adiknya meski dengan segala keterbatasan. Ia juga bangga dengan kondisi saat ini, Arif makin sabar dan bersikap dewasa.

"Terkadang saya sedih melihat Arif sendirian membanting tulang mencari rejeki untuk biaya perawatan saya dan adiknya. Tetapi disisi lain saya bangga karena meski seorang diri, Arif bisa menjadi tulang punggung keluarga mengganti ayahnya yang sudah meninggal dunia," kata Rumiatun.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com