Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Ada Ambulans, Desri Meninggal di Mobil Pikap

Kompas.com - 19/01/2017, 05:39 WIB
Irwan Nugraha

Penulis

TASIKMALAYA, KOMPAS.com - Desri Landa Sahara (13), seorang anak asal Dusun Cintapada, Desa Pasirmukti, RT 03, RW 03, Kecamatan Cineam, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat meninggal di atas mobil pikap beratapkan terpal saat perjalanan menuju RSUD dr Soekardjo Kota Tasikmalaya, Sabtu (14/1/2017) lalu.
 
Korban terpaksa dibawa orang tuanya memakai mobil pikap sewaan dari tetangganya karena tidak mendapatkan mobil ambulans dari puskesmas daerahnya.  Adapun dua unit kendaraan siaga itu tengah dipakai kegiatan sosialisasi dan penyuluhan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya.
 
Ayah korban, Arifin (55), mengatakan, pihak keluarga memang sejak awal menggunakan mobil pikap beratapkan terpal supaya tidak kepanasan untuk membawa Desri ke rumah sakit. Mereka terpaksa menyewa mobil pikap karena tidak ada mobil ambulans di Puskesmas Cineam karena sedang dipakai kegiatan petugas puskesmas. 
 
“Sebelum kita ke rumah sakit untuk membawa almarhumah anak saya, saya dan keluarga menggunakan mobil pikap ke Puskesmas Cineam terlebih dahulu. Kebetulan mobil ambulans sedang tidak ada di puskesmas, karena kondisi anak saya sangat parah, saya langsung bawa almarhumah pakai mobil pikap,” jelas Arifin saat dihubungi melalui sambungan telepon, Rabu (18/1/2017). 
 
Kendala lainnya adalah jarak rumah sakit atau fasilitas puskesmas sangat jauh. Dari tempat tinggalnya yang masuk wilayah perbatasan Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Pangandaran, menuju Puskesmas sejauh 7 kilometer dan ke rumah sakit di Kota Tasikmalaya sejauh 27 kilometer.
 
Dirinya pun waktu itu sempat bingung karena anaknya yang mengalami sakit ginjal kondisinya semakin parah dan sempat beberapa kali tak sadarkan diri. Dirinya pun meyakini kalau saat itu anaknya sempat mendapatkan bantuan medis tak akan terjadi kehilangan anaknya yang sangat dicintainya tersebut.
 
Meski begitu, Arifin mengaku ikhlas dan menganggap kematian Desri merupakan musibah yang harus dialami keluarga besarnya. 
 
“Jaraknya jauh dari rumah ke pusat kesehatan selama ini, kami tinggal di wilayah perbatasan antara Tasik-Pangandaran," kata dia.
 
Menurut Arifin, Desri sempat dirawat hampir sebulan di RSUD dr Soekardjo Kota Tasikmalaya. Namun karena keterbatasan biaya pengobatan dan hidup sehari-hari di rumah sakit dirasakan berat akhirnya pulang paksa dan dirawat di rumah.
 
"Anak kami sempat dirawat juga di rumah sakit selama 28 hari. Namun, kita minta pulang karena tidak ada biaya untuk sehari-hari di sana. Ya kalau dekat enak bisa pulang pergi, tetapi jarak rumah sakit ke rumah kami lumayan jauh. Apalagi obat sering harus beli keluar,” kata dia. 
 
Selama ini keluarganya menanggung biaya pengobatan sendiri karena tak memiliki jaminan kesehatan. Apalagi di rumah sakit tersebut sering kekurangan obat dan terpaksa harus membeli secara langsung ke apotek di luar rumah sakit. 
 
Sementara itu Kepala Puskesmas Cineam Wawan Rudiawan mengatakan, pelayanan kesehatan di tingkat puskesmas memang hanya layanan dasar dan Unit Gawat Darurat hanya sebatas untuk observasi.
 
Saat ini Puskesmasnya sudah memiliki dua ambulans untuk merujuk pasien yang darurat ke rumah sakit. Namun saat kejadian ambulan sedang tak berada di Puskesmas karena sedang dipakai.
 
“Sekalian meluruskan, kasus Desri itu kita bukannya tidak meminjami ambulans. Ambulans satu digunakan untuk pusling pembinaan Lansia Deabet, sedangkan ambulans satunya lagi digunakan untuk kegiatan penyuluhan," sebut dia.
 
Kompas TV Tak Diberi Ambulans, Penderita Gagal Ginjal Meninggal di Mobil Bak
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com