Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bocah SD Meninggal akibat DBD, Keluarga Salahkan RS dan Dokter

Kompas.com - 15/01/2017, 06:36 WIB
Kontributor Pematangsiantar, Tigor Munthe

Penulis

PEMATANGSIANTAR, KOMPAS.com - Prima Silalahi (10) bocah kelas 4 sekolah dasar warga Kecamatan Dolok Pardamean, Simalungun meninggal dunia karena menderita penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di RS Harapan, Jalan Farel Pasaribu, Pematangsiantar, Sabtu (14/1/2017).

Namun pihak keluarga keberatan dan protes dengan pelayanan dokter dan perawat rumah sakit yang dituding menjadi penyebab kematian korban.

Salah seorang kerabat korban, Doni Manik (35), menyebutkan, korban masuk rumah sakit pada Kamis (12/1/2017) pagi.

Orangtua korban, Rusman Silalahi dan Fitri boru Manik membawa korban ke RS Harapan karena diperkirakan terjangkiti penyakit DBD. Korban yang merupakan anak ketiga dari empat bersaudara itu kemudian diopname di salah satu ruangan anak dengan status pasien BPJS.

Keesokan harinya, Jumat (13/1/2017) malam sekitar pukul 20.00 WIB, kondisi korban kritis. Keluarga meminta pihak medis memindahkan korban ke ruangan ICU untuk mendapatkan perawatan intensif.

Namun dokter jaga dan perawat menolak dengan alasan ruangam ICU penuh. Keluarga korban kemudian diminta mencari ruangan ICU di rumah sakit lain di Pematangsiantar.

Sayangnya, keluarga korban tak menemukan ruangan ICU kosong di sejumlah rumah sakit lain.

Pihak RS Harapan kemudian menyarankan membawa korban ke rumah sakit di Kota Medan. Lalu pada Sabtu (14/1/2017) siang, atas desakan keluarga, korban akhirnya dipindahkan ke ruangan ICU rumah sakit tersebut.

Namun begitu tiba di ruangan, korban sudah menghembuskan nafas terakhirnya. Keluarga pun protes, karena ternyata di ruangan ICU ditemukan tempat tidur pasien yang kosong.

"Jika keponakanku ini meninggal karena perawatan kami bisa ikhlas menerima. Tapi kenyataannya gara- gara dokter dan perawat itu menyebut ruangan ICU penuh tapi kami lihat tadi masih banyak tempat tidur pasien kosong. Padahal kami sudah bersedia bayar pasien umum. Pokoknya kami tidak terima dengan dokter dan perawat itu," kata Doni Manik.

Demikian juga nenek korban, boru Purba menyatakan protesnya atas pelayanan rumah sakit. Dia menuduh dokter dan perawat RS Harapan lah penyebab meninggalnya korban.

"Dokter dan perawat itu harus dipecat," tukas boru Purba kesal sambil menangis melihat cucunya sudah meninggal dunia.

Pihak RS Harapan sendiri melalui Humas, Nesli Purba enggan memberikan keterangan. Dia menyebut, pihaknya hanya memberikan keterangan kepada keluarga korban dan bukan kepada wartawan.

"Kami tidak bisa memberikan penjelasan kepada wartawan. Hanya bisa memberikan penjelasan kepada kekuarga korban," kata Nesli.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com