Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Para Pemuda yang Dipasung karena Gangguan Jiwa

Kompas.com - 14/01/2017, 09:37 WIB

Penulis

MANADO, KOMPAS.com - Ariyanto Potabuga alias Yanto (21), warga Kelurahan Mongkonai, Kecamatan Kotamobagu Barat, Kota Kotamobagu, Sulawesi Utara, hidup memprihatinkan.

Selama tiga bulan terakhir, pemuda yang dulunya periang ini harus hidup di samping rumah dengan kondisi kaki terpasung pada balok besar. Keluarganya terpaksa memasung Yanto karena diduga mengalami gangguan jiwa.

Dia dipasung di lokasi yang hanya beralaskan tanah dengan lubang berdiameter sekitar 50 x 50 centimeter sebagai tempat bersandar dan tidur.

Tante Yanto, Merry Potabuga mengatakan sejak setahun lalu keponakannya itu mulai terlihat berperilaku aneh. Yanto dinilai sering membahayakan orang lain dan juga sering merusak perabotan warga saat mengamuk.

"Karena kelakuan makin menjadi, tiga bulan lalu terpaksa kami pasung," ujar Merry yang ditemui di rumahnya, Jumat (13/1/2017).

Merry menuturkan, Yanto berasal dari keluarga 'broken home'. Ayah dan ibunya telah berpisah. Kondisi perekonomian keluarga yang juga pas-pasan membuat upaya pengobatannya hanya bisa sampai di Puskesmas. Meski beberapa tetangga sering ikut memberikan bantuan.

"Kami tidak tau lagi harus bagaimana, terpaksa keluarga sepakat untuk memasungnya. Kami takut dia terus berbuat onar," tutur Merry.

Sementara itu, Anto Tamuu (28), warga Kelurahan Gogagoman Lingkungan V, Kecamatan Kotamobagu Barat, juga bernasib sama seperti Yanto. Karena perilakunya yang sering mengamuk dan merusak benda-benda yang berada di dekatnya, dia pun dipasung keluarganya.

Sejak beberapa bulan lalu, Anto dipasung di belakang rumah yang hanya beralaskan papan dengan kaki dirantai. Beberapa buah karung plastik yang dijahit jadi satu, menjadi selimut pengusir dingin dan penghalau nyamuk kala tidur.

Anto sebenarnya sempat mencicipi masa sekolah sampai kelas satu di SMP Negeri 4 Kotamobagu pada tahun 2002 silam.

"Tiba-tiba ada perubahan dari dirinya yang jadi pendiam dan selalu menyembunyikan diri," ujar ayahnya, Karno Tamu (61).

Karno menceritakan, sejak saat itu, anak kelimanya dari tujuh bersaudara itu perangainya berubah drastis. Bahkan ibunya, Asna Paramata (60), pernah dikejar dengan parang saat sedang berada di kebun. Kakaknya pernah dipukul dengan kayu hingga kayunya patah.

"Yang paling parah, dia sempat menyiram tubuhnya dengan minyak tanah dan membakar diri. Beruntung kami cepat mendorongnya ke dalam bak air hingga api bisa dipadamkan," tutur Karno.

Anto sendiri pernah menjalani pengobatan dari dokter selama tiga tahun lamanya. Berbagai upaya dilakukan keluarga untuk kesembuhan pria yang selalu mendapat ranking kelas di Sekolah Dasar ini. Tapi bukannya sembuh, penyakitnya malah menjadi.

Selain itu, Anto juga pernah menghilang selama seminggu. Dia kemudian berhasil ditemukan di muara Sungai Kayak Inobonto yang berjarak sekitar 60 kilometer dari Kota Kotamobagu.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com