Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tiga Kapal Aquatic Bersihkan Enceng Gondok di Danau Rawapening

Kompas.com - 11/01/2017, 17:30 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis

AMBARAWA, KOMPAS.com - Permukaan Rawapening yang dipenuhi tanaman enceng gondok mulai dibersihkan dengan kapal "keruk" bantuan dari Kementerian PUPR.

Berdasarkan pantauan, Rabu (11/1/2017) siang, tiga buah kapal aquatic bekerja di sekitar jembatan biru, dermaga Sumurup, Desa Asinan, Bawen, Kabupaten Semarang.

Kepala Balai Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Jragung-Tuntang, Endah Sulistyowati, mengatakan, tiga alat yang baru datang tersebut meliputi dua Kapal Aquatic Weed Harvester dan satu unit Kapal Dredger.

Ketiganya berfungsi menarik, mendorong dan mengeruk enceng gondok untuk dibawa ke daratan.

"Alat itu miliknya pemerintah pusat melalui BBWS Pemali-Juwana," kata Endah, melalui sambungan telepon.

Menurut Endah, saat ini sedang dipikirkan lokasi penampungan enceng gondok apabila di dermaga Sumurup sudah penuh dengan enceng gondok.

Berdasarkan pengamatan di lapangan, tumpukan enceng gondok terlihat sudah terlihat menggunung. Sebuah dump truck terlihat hilir mudik mengangkut enceng gondok keluar dari dermaga Sumurup.

"Kalau tidak diambili, jelas tidak memungkinkan lagi dimasuki enceng gondok. Harapan kami, ayo Rawapening ini dipikirkan bareng-bareng," tandasnya.

Sementara itu, secara terpisah, Kepala Desa Asinan, Lilik Argo Lukito, mengatakan, sebagian enceng gondok yang sudah dinaikkan ke daratan dibawa ke lahan penampungan milik PTPN IX yang tidak jauh dari dermaga Sumurup. Lahan tersebut cukup luas untuk menampung hasil kerukan dari kapal aquatic yang baru dioperasikan di Rawa Pening.

"Luasnya lebih kurang 2,5 hektar, disebar tipis-tipis. Kalau dihitung, perkiraan kami bisa menampung 5.000 kubik," katanya.

Sepengetahuan Lilik, Kapal Aquatic Weed Harvester baru tiba, Sabtu (7/1/2017) lalu. Selama uji coba, operator mendapatkan pendampingan dari instruktur khusus dari Jerman dan Italia.

"Sekarang ini lagi diuji coba," pungkasnya.

Seperti diketahui, Danau Rawapening di Kabupaten Semarang terancam menjadi daratan pada 2021 jika pendangkalan dan eceng gondok yang menutupi sebagian besar permukaannya tidak segera ditangani.

Hal itu pernah diungkapkan oleh Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) Arif Yuwono pada pembukaan Konferensi Nasional Danau Indonesia, di Ungaran, Kabupaten Semarang Oktober 2011 silam.

Penurunan kualitas daya dukung Rawapening juga pernah diungkapkan oleh Tri Retnaningsih Soeprobowati dari Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Diponegoro Semarang.

Menurut Tri, sedimentasi atau pendangkalan di Rawa Pening yang mencapai angka 778,93 ton per tahun dengan volume material sebanyak 29,7 juta meter kubik dianggap telah mencapai titik yang membahayakan keberadaan salah satu danau alam di tanah air itu.

Hampir 80 persen dari danau seluas 2.500 hektar itu kini ditutupi tumbuhan air eceng. Akibat dari semua itu, volume air rawa juga sudah berkurang hingga 30 persen. Belum lagi, pertumbuhan daratan apung yang setiap tahun bertambah lima persen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com