Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Purwakarta Akan Bangun Museum Toleransi

Kompas.com - 11/01/2017, 16:14 WIB
Reni Susanti

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com – Pemerintah Kabupaten Purwakarta akan membangun Museum Toleransi. Museum tersebut kelanjutan dari museum yang sudah ada sekarang, Museum Diorama Bale Panyawangan Nusantara.

“Museum Diorama Bale Panyawangan Nusantara ini baru akan di-launching. Dalam museum tersebut akan dijelaskan tentang masuknya Islam ke Nusantara,” ujar Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi saat dihubungi, Kamis (11/1/2016).

Museum tersebut menggambarkan proses masuknya Islam ke Nusantara tanpa ada pertikaian. Islam masuk dengan cara yang santun dan damai.

“Di Museum Toleransi akan diceritakan lebih banyak orang Indonesia yang toleran. Bagaimana berbagai agama masuk ke Indonesia dengan damai dan bisa beriringan dengan penganut agama leluhur yang sudah lebih dulu ada di Indonesia,” tuturnya.

Dedi menjelaskan, untuk menggambarkan hal tersebut, museum ini tidak hanya mengisahkan enam agama yang diakui negara, yakni Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan, Hindu, Budha, dan Konghucu. Namun berbagai agama leluhur atau kepercayaan.

“Di Indonesia ini, ada lebih dari 600 kepercayaan dan bahasa. Semuanya akan ada di museum tersebut,” ungkapnya.

Dedi mengaku ingin mendirikan Museum Toleransi agar masyarakat Indonesia bisa melihat bahwa masyarakat Indonesia sangat toleran. Agama-agama masuk dan berkembang di Indonesia dengan damai tanpa keributan. Bahkan pemeluk agama-agama tersebut bisa hidup rukun dan berdampingan.

“Museum itu akan berdiri di samping museum diorama Balepanyawangan Nusantara. Rencananya, museum tersebut selesai Juni berbarengan dengan beberapa museum lainnya,” ucapnya.

Memasuki tahun 2017, Purwakarta fokus memajukan pariwisatanya. Salah satunya dengan membangun museum.

“Nantinya akan ada 25 museum. Museum yang tengah dalam pengerjaan di antaranya Museum Citraresmi, Wayang, Baing Yusuf, Santri, Keramik, dan Sate Maranggi. Ada juga museum yang menceritakan soal guru, mulai dari zaman Oemar Bakri hingga Avanza,” tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com