MEDAN, KOMPAS.com - Jelang ibadah malam Natal dan perayaan pergantian tahun, tim Penjinak Bahan Peledak (Jihandak) dari Brimob Polda Sumut melakukan sterilisasi pengamanan di semua geraja yang ada di Kota Medan untuk mengantisipasi adanya aksi teror.
Tidak hanya itu, 2.300 personel polisi disiagakan di setiap gereja, pusat perbelanjaan, dan terminal-terminal.
"Persiapan perayaan Natal dan tahun baru 2017 sudah direncanakan, mulai dari jumlah personel dan penempatannya. Saya jamin semuanya akan berjalan lancar," kata Kapolrestabes Medan Kombes (Pol) Sandi Nugroho, Sabtu 924/12/2016).
"Siang tadi, kita sudah mensterilisasikan 540 gereja yang ada di Kota Medan untuk memberikan rasa aman dan nyaman kepada para jemaah yang melaksanakan ibadah malam Natal," sambung dia.
(Baca juga: Kapolri dan Pangdam Jaya Cek Keamanan Malam Natal di Sejumlah Gereja)
Sandi juga mengatakan, pihaknya akan menindak tegas ormas yang melakukan sweeping saat malam Natal dan tahun baru nanti. Apalagi, sweeping yang disertai tindak kekerasan.
"Jangan ada masyarakat atau ormas melakukan sweeping, apalagi memakai kekerasan. Pasti kami tindak. Polisi ingin memberi rasa aman dan nyaman masyarakat yang merayakan Natal dan tahun baru," ucap Sandi.
Pihaknya akan fokus pada kerawanan yang berhubungan dengan intoleransi, gerakan-gerakan radikal, serta kejahatan jalanan. Polisi akan mendirikan 12 pos pelayanan (pospam).
"Kami imbau masyarakat yang hendak beribadah supaya tidak memakai perhiasan mencolok yang bisa mengundang perhatian pelaku kejahatan," ujar dia.
(Baca juga: Saat Pemuda Muslim Ambon Amankan Ibadah Natal di Gereja...)
Kapolsekta Medan Baru Kompol Ronni Bonic juga mengimbau agar masyarakat segera melaporkan jika ada ormas yang melakukan sweeping.
Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi agar kejadian di Bandung tidak terjadi di Medan.
Ronni sudah memerintahkan personelnya untuk mengawasi aksi sweeping di wilayah hukum Polsekta Medan Baru.
"Tidak dibenarkan kelompok mana pun melakukan sweeping, baik di mal, pusat perbelanjaan, tempat ibadah, atau objek wisata. Kita harus saling menghormati karena kita hidup di negara Pancasila, bukan negara agama," kata Ronni.