Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Angkot di Bandung Ada Buku Gratis, Ini Tanggapan Sopir

Kompas.com - 16/12/2016, 12:52 WIB
Dendi Ramdhani

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com - Peluncuran program 'Antar' (Angkot Pintar) yang digagas Dinas Perhubungan Kota Bandung ternyata tidak begitu mendapat respons positif dari para sopir angkot.

Program yang bertujuan untuk meningkatkan minat masyarakat dalam memakai kendaraan umum itu telah mulai berjalan sejak 2 Desember 2016.

Para sopir angkot menganggap penyediaan buku bacaan gratis dalam angkot tidak otomatis meningkatkan jumlah penumpang ataupun pendapatan mereka.

Sperti disampaikan Engkos Kosasih (54), salah seorang sopir angkot jurusan Margahayu-Ledeng. Masyarakat kata Engkos, memang mengapresiasi fasilitas buku bacaan. Adanya buku itu membuat para penumpang tak jenuh saat dalam perjalanan atau terjebak kemacetan.

"Alhamdulillah dengan adanya program ini kelihatan tiap rit banyak yang baca. Macet juga gak jenuh. Tapi dari peningkatan penumpang belum ada penambahan," ucap Engkos saat terlibat dalam peluncuran program Antar di Taman Vanda, Jalan Merdeka, Bandung, Jumat (16/12/2016).

"Hampir semua penumpang bilangnya bagus. Bahkan ada yang request buku," tambah pria berpeci itu.

Para sopir angkot, lanjut Engkos, juga tidak begitu terbebani jika buku bacaan sewaktu-waktu hilang dicuri atau rusak. Sebab, buku itu merupakan donasi dari masyarakat melalui komunitas baca Rindu Menanti.

"Saya prbadi enggak ada beban, kalau hilang tidak diganti sama sopir, nanti diisi lagi sama mereka," ungkapnya.

Tanpa mengesampingkan tujuan utama program itu, Engkos mencoba untuk realistis.

Program pro sopir angkot seperti 'Jumat Ngangkot' dirasa lebih menguntungkan daripada menyediakan buku dalam angkutan.

"Jumat Ngangkot lumayan berpengaruh, penumpang ada peningkatan," ujar Engkos yang sudah menekuni profesi sopir angkot sejak tahun 1987.

Sementara Utang Sayudin (59), sopir angkot lainnya menyebut, banyak rekan seprofesinya yang kurang begitu setuju dengan program tersebut lantaran menganggap tidak banyak keuntungan bagi sopir yang didapat.

Pemasangan buku bacaan, bagi Utang, bukan berarti buruk. Namun, di tengah kian tergerusnya popularitas transportasi umum, Utang lebih memilih jalan lain untuk meningkatkan pendapatan. Salah satunya, menjadikan angkot sebagai media promosi.

"Ini memang bagus, programnya bagus tapi sopir harus diperjuangkan," katanya.

"Banyak sopir yang bilang buat apa enggak ngefek ke pendapatan. Mending (angkot) dipasang stiker (iklan)," tutur sopir angkot jurusan Margahayu-Ledeng itu.

Utang mengaku, tiap iklan yang terpasang di badang angkot punya bandrol beragam. Jika dipukul rata, tiap pemasangan stiker dihargai Rp 250.000-Rp 300.000.

"Itu jatahnya hanya tiga bulan. Duitnya dikasih ke majikan. Nanti majikan ngasih bagian," jelasnya.

Utang pun mengaku tak bermaksud melunturkan niat pemerintah untuk membuat angkutan kota lebih bermanfaat.

"Tapi buat setoran gimana, saya ke majikan harus menutupi setoran Rp 180.000 per hari. Harusnya programnya yang pro kesejahteraan kita. Contoh program bus sekolah gratis, itu merugikan buat kita," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com