GORONTALO, KOMPAS.com – Sebagai daratan yang berumur geologi muda, alam Gorontalo memiliki ekosistem yang rentan.
Alamnya tidak memiliki stabilitas dan kurang kuat menghadapi pengaruh fisik yang menerpa. Tingginya intensitas hujan dan potensi kegempaan mereduksi tingkat stabilitas rendah yang ada.
Hal ini dikatakan Saparis, kepala Badan Pengeloa Daerah Aliran Sungai (BP DAS) Gorontalo, Minggu (4/12/2016).
“Sedikit saja salah kelola terjadi, dampak kerusakannya bisa sangat intensif dan eskalasinya meluas,” kata Saparis.
Banyak lahan terjal yang terbuka dan mendominasi wilayah Gorontalo, ini merupakan fenomena yang banyak dijumpai.
Akibat pembukaan lahan ini muncul masalah lingkungan. Yang sangat terasa adalah kesulitan air di musim kemarau, dan banjir di musim hujan.
Dampak lainnya adalah pola iklim yang berubah tanpa keteraturan, penurunan produktivitas lahan yang berangsung cepat.
“Meningkatnya kerusakan ekosistem daerah sungai, danau dan pesisir menunjukkan penurunan signifikan tingkat kenyamanan yang terjadi,” jelas Saparis.
Sayangnya, masih ada yang kurang peka dengan perubahan ini. Berkurangnya keanekaragaman hayati sering dipandang remeh oleh banyak pihak.
“Seakan sebuah nuansa tanpa makna. Semua itu ada kaitannya, bukan situasi yang terfragmentasi,” kata Saparis.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.