Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Dewi Murni Hidup dari Berkah Alas Kaki

Kompas.com - 01/12/2016, 15:10 WIB
Firmansyah

Penulis

BENGKULU, KOMPAS.com -"Seandainya di rumah ada sepatu, sandal layak pakai, tak usah beli baru, jika rusak biar saya yang perbaiki," demikianlah ungkapan Dewi Murni (63).

Dewi adalah seorang kakek yang hampir seumur hidupnya bekerja sebagai tukang sol sepatu di Pasar Panorama, Kota Bengkulu.

Menjadi tukang sol sepatu bagi Dewi Murni merupakan takdir hidup yang ia nikmati. Dari pekerjaannya, ia mampu menghidupi enam orang anaknya hingga berkeluarga dan hidup mandiri.

Penuh rasa syukur, ia mengisahkan dari bekerja menjahit sepatu rusak ia mampu mendirikan rumah dalam satu tahun belakangan ini.

"Saat ini kondisi hidup semakin sulit, per hari pendapatan tak menentu rata-rata berkisar Rp 50.000, uang itu saya tabung dan hemat untuk menafkahi keluarga dan berhasil membuat rumah sederhana," cerita Dewi.

Kadang kala, ia pulang ke rumah dengan tangan hampa alias tidak ada konsumen yang menjahit atau memperbaiki sepatu.

"Pulang dengan tangan kosong tak bawa uang sering sekali saya alami. Namun, apa mau dikata pasrah saja, rezeki ada yang mengatur," kata dia merendah diri.

Ia mengisahkan, banyak kisah duka ketika ia menjadi tukang sol sepatu di pasar tradisional. Ia dan beberapa rekan seprofesinya beberapa kali digusur karena dianggap melanggar ketertiban umum.

"Saat ini kami bersama 12 tukang sol lainnya tidak memiliki tempat permanen di pasar. Kami menempati halaman parkir sebuah ruko. Beruntung pemilik ruko membolehkan kami menjaring rezeki untuk hidup," katanya.

Meski diakuinya kondisi perekonomian keluarganya dalam keadaan sulit, Dewi tidak mematok harga tinggi untuk pembayaran atas hasil pekerjaannya.

Kadang ia dibayar Rp 10.000, pernah juga diupah Rp 15.000.

"Yang penting pelanggan puas sepatu atau sandalnya bagus itu sudah buat saya bahagia," kelakarnya.

Tak banyak yang diminta dari Dewi Murni dan belasan tukang sol sepatu lainnya di Pasar Panorama, Kota Bengkulu. Mereka berharap tidak ada penggusuran. Jika dibuatkan tempat khusus sol sepatu dengan biaya murah di pasar mereka akan menerimanya dengan hati riang.

"Selama ini di pasar memang tidak ada tempat khusus untuk kami tukang sol, kami tak mampu bayar sewa kios, atau lapak," demikian Dewi.

Bising kendaraan, debu, asap knalpot kendaraan, bau pasar yang kadang menusuk hidung merupakan teman akrab Dewi dan belasan tukang sol lainnya.

Tak ada keluhan dari para pedagang kecil tersebut, selain berharap Tuhan membukakan pintu rejeki untuk mereka hidup.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com