SURABAYA, KOMPAS.com - Untuk membangun kereta tengah kota atau trem, Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini sempat menolak bantuan 50 bus dari Kementerian Perhubungan. Alasannya, karena trem dinilai lebih efektif mengurai kemacetan daripada bus.
"Padahal nilai 50 bus lebih mahal daripada trem, itu ditolak oleh Bu Risma," kata pakar tata kota ITS, Johan Silas, yang juga tim ahli pembangunan trem Kota Surabaya itu dalam forum diskusi jurnalis di Surabaya, Senin (28/11/2016).
Dia menyebutkan, Risma dan pihaknya memang sepakat untuk mengerjakan proyek yang ditaksir senilai Rp 2,4 triliun itu sebagai upaya mengurai kemacetan di Surabaya.
Sejumlah negara di Eropa kata dia, sukses mengatasi kemacetan setelah menggunakan trem. Trem sebutnya, lebih aman karena tidak ada potensi bersinggungan dengan bodi kendaraan lain. Trem berjalan di atas rel yang disediakan, sehingga tidak menambah kemacetan di jalan.
"Bodi trem juga lebih kecil dari bus, tapi bisa menampung banyak penumpang," ujarnya.
Sebelumnya, Risma memastikan pembangunan trem akan dimulai sejak 2017 dan rampung 2019. Peraturan presiden tentang pembangunan trem saat ini dalam tahap penyempurnaan.
Risma mengaku masih berkonsultasi dengan DPRD karena proyek tersebut membutuhkan dana sharing dari APBD Surabaya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.