Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Guru Sukarela di Bima Hanya Dapat Rp 100.000 Per Tiga Bulan

Kompas.com - 25/11/2016, 21:32 WIB
Syarifudin

Penulis

BIMA, KOMPAS.com - Nasib ribuan guru tenaga sukarela di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), sungguh memprihatinkan. Mereka hanya mendapatkan insentif sebesar Rp 50.000 sampai Rp 100.000 yang dibayar dalam tiga bulan sekali dengan anggaran yang disisihkan dari Dana Operasional Sekolah (BOS).

Hal itu diungkap Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) Kabupaten Bima, Tajuddin HM, Jumat (25/11/2016).

Menurut dia, nasib para pahlawan tanda jasa ini membuatnya mengelus dada, karena insentif yang mereka terima jauh lebih rendah dari upah seorang pembantu. Namun, sebut dia, pemerintah tidak bisa berbuat banyak karena anggaran di sekolah tidak memungkinkan untuk kesejahteraan mereka.

“Upah tenaga sukarela memang nilainya relatif kecil. Mereka hanya dibayar sesuai jam mengajar, dengan upah sebesar Rp 50.000 sampai Rp 100.000 per tiga bulan, tergantung alokasi dana BOS yang didapat pihak sekolah. Sementara guru yang berstatus honor daerah dibayar Rp 300.000 per bulan dari APBD II,” kata Tajuddin usai memperingati hari Guru Nasional.

Ia mengatakan, sudah berupaya untuk memberdayakan para guru yang ada di sekolah agar bisa menandapatkan penghasilan tambahan, dengan mengusulkan insentif dan tunjangan kualifikasi pendidikan ke pemerintah pusat. Termasuk melalui kebijakan Bupati Bima yang menetap tambahan penghasilan bagi guru sukarela sebesar Rp 150.000 per bulan.

“Tahun ini, pemerintah pusat hanya mengakomodir sebanyak 207 guru non PNS. Mereka mendapat insentif Rp 3,5 juta yang dibayar setahun sekali. Sedangkan kesiapan dari pemerintah daerah sebanyak 779 orang dengan honor Rp 150.000 per bulan,” tuturnya.

Menurut dia, jumlah guru non PNS di Bima sekitar 9.000 orang. Dari jumlah itu, 1.300 guru honorer daerah dan sisanya adalah tenaga sukarela. Kebanyakan di antara bertugas di daerah terpencil tanpa mendapat insentif tambahan. Mereka telah mengabdi secara sukarela selama belasan tahun.

Bahkan , sebut Tajuddin, dari mereka ada yang mengabdi hingga puluhan tahun meski dengan gaji yang minim. Kendati demikian, mereka tetap memilih bertahan sebagai tenaga pendidik meski impian untuk menjadi PNS sangat sulit didapat.

"Tidak hanya tertuju menjadi PNS dan mengabdi untuk mencari pengalaman, mereka juga termotivasi menjadi guru karena panggilan nurani untuk mengamalkan ilmu pengatahuan yang mereka dapat. Bahkan mereka sudah membuat komitmen untuk tidak menuntut gaji,” ujar Tajuddin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com